Gaya mengajar merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru dan siswa
dalam suatu kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk menjaga konsistensi
belajar siswa. Mosston (1994:2) mengungkapakan bahwa : ”pola hubungan pembuatan
keputusan yang dibuat guru dan siswa disebut gaya mengajar”. Dari uraian di atas jelas
bahwa gaya
mengajar bukan hanya suatu tata cara yang dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran, melainkan bagaimana seorang guru bisa melibatkan siswa dalam
pengambilan keputusan.
Gaya mengajar divergen
merupakan gaya
mengajar yang berpusat pada siswa, Seperti yang diutarakan oleh Mosston “for
the first time the learner is enganged in discovering and producing options
within the subject matter.”. jadi siswa disini memiliki peran dan ikut
serta secara langsung dalam membuat pilihan dan penemuan di dalam pembelajaran.
Tugas siswa pada pembelajaran dengan gaya mengajar divergen adalah untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan. Seperti
yang diutarakan Mosston “ the role of the
learner has been either to replicate and perform or to discover the specific
target”. Gaya mengajar divergen
berbentuk tugas – tugas dimana siswa berperan dalam membuat keputusan. Guru hanya bertugas
memberikan dan membimbing
siswa dalam permasalahan yang harus di selesaikan. Jawaban dari
permasalahan itu harus memiliki jawaban yang banyak atau berbeda – beda, gaya
mengajar divergen juga memberikan
kesempatan pada siswa untuk merancang suatu kegiatan dalam sebuah pembelajaran
yang diberikan oleh guru. Siswa dituntut untuk menemukan jawaban yang bervariasi dengan
menggunakan kreatifitasnya, keaktifannya dan kerja sama dalam pembelajaran
untuk menghasilkan jawaban – jawaban tersebut. Seperti yang diutarakan oleh
Furqon (68) menyatakan bahwa “gaya
mengajar divergen merupakan suatu
bentuk pemecahan masalah”. Sasaran metode divergen
adalah:
- Mendorong siswa untuk menemukan pemecahan ganda melalui pertimbangan-pertimbangan kognitif.
- Mengembangkan “wawasan” ke dalam struktur kegiatan dan menemukan variasi.
- Memungkinkan siswa untuk bebas dari guru dan melampaui jawaban-jawaban yang diharapkan.
- Mengembangkan kemampuan untuk memerikasa dan menganalisis pemecahan-pemecahannya.
Menurut Mosston Gaya mengajar divergen memiliki struktur “Stimulus
> Cognitive Dissonance > Mediation > Discovery.”. Dari uraian
tersebut alur gaya mengajar divergen diawali
dengan pemberian rangsangan, ini bisa diberikan dalam bentuk memberikan
permasalahan sehingga siswa dituntut untuk berfikir sehingga mereka terangsang
untuk berfikir. Cognitive dissonance pada
tahapan ini siswa akan mencari cara penyelesaian permasalahan dengan
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. Mediation
pada tahapan ini siswa akan menemukan jawaban dan pada gaya mengajar divergen ini, siswa akan menemukan
jawaban yang beragam. Discovery pada
tahap ini siswa pembuatan jawaban dari permasalahan ke dalam bentuk praktek.
Tujuan dari gaya mengajar divergen menurut
Mosston (1994:201) yaitu:
1. To
invite the cognitive capacities of the teacher in designing problems for a
given subject matter area.
2. To
invite cognitive capacities of the learner in discovering multiple solutions to
any given problem in physical education
3. To
develop insight into the structure of the activity and discover the possible
variations within this structure.
4. To
reach the level of affective security that permits the teacher and the learner
to go beyond accepted, conventional responses.
5. To
develop the ability to verify solutions and organize them for specific
purposes.
Dari uraian di atas guru dalam
penggunaan gaya mengajar divergen
dituntut untuk membuat permasalahan pada pembelajaran yang akan diberikan, dan
guru dituntut menggunakan pengetahuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut sehingga siswa dapat didorong untuk berfikir. Seorang guru harus dapat
membiasakan siswa memiliki pandangan yang luas pada susunan pembelajaran sehingga
dapat menghasilkan banyak jawaban ynag mungkin. Dengan gaya divergen, siswa diarahkan agar terbiasa
dengan pencarian permasalahan, lalu siswa dituntut untuk menemukan solusi ke
dalam praktek.
Dalam penerapan gaya
mengajar divergen ini dijelaskan oleh
Mosston (1994:202) menjelaskan ada beberapa tahapan pengambilan keputusan yang dibuat
oleh guru yaitu:
- Preimpact, the teacher make decision about the general subject matter, decision about specific topic, and decision about design problem of series that will elicit divergent solution. Teacher must first have insight into specifik elements of the activity, the sequence of the activity, and the structure of the activity..
- Impact set the learner decides which multiple and divergent solutions adre applicable to the problem. The solutions discovered by the learner become the subject matter, the content of the episode.
- Post Impact, the learner makes evaluation decisions about the discover solutions.vthe more the learner is engaged in the post impact phase, the more the objective of this style is reached.
Dari uraian di atas terdapat 3
tahapan yang harus dibuat oleh guru, pertama pre impact, pada tahapan ini guru menyiapkan materi yang dapat
mengarahkan siswa kedalam pemikiran divergent,
guru harus menyusun kegiatan yang terhubung dari satu permasalahan ke
permasalahan yang lain. Impact pada
tahapan ini guru harus mengarahkan dan membimbing siswa untuk memutuskan
penyelesaian dari permasalahan yang diberikan. Post impact, pada tahapan ini siswa akan memeriksa jawabannya, jika
siswa bisa menemukan jawaban yang beragam maka tujuan dari gaya ini tercapai.
Agar tujuan dari gaya mengajar
divergen dapat tercapai, maka seorang guru Penjasorkes
harus menyusun kegiatan pembelajaran dan menerapkan aspek dalam gaya mengajar divergen yang diutarakan oleh Mosston (1994:206) “1.
The design of a single problem and its consequences, 2. The design of sequence
of problem, 3. Guidelines for designing problems in various acticities.”. dari
uraian tersebut guru Penjasorkes terlebih dahulu ahrus menysusun permasalahan
tunggal yang harus diselesaikan oleh siswa juga membuat kemungkinan –
kemungkinan yang akan diberikan oleh siswa. Lalu menyusun bentuk permasalahan
yang berkelanjutan, bentuk permasalahan yang dibuat harus berhubungan dari permasalahan
tunggal yang dibuat, seperti penambahan pada inti masalah sehingga siswa dapat
meencari jawaban permasalahan tersebut. Membuat garis pembimbing untuk
permasalahan yang dibuat kedalam kegiatan yang beragam. Dari setiap kegiatan yang
beragam tersebut harus terhubung sehingga penyelesaian divergen dapat diterapkan oleh siswa.
Tujuan utama dari gaya
mengajar ini adalah untuk membiasakan siswa menghasilkan berbagai macam jawaban
terhadap permasalahan tunggal. Mosston mengungkapkan tugas guru dan siswa yang
terjadi pada penggunaan gaya mengajar divergen
yaitu:
Role of learner:
1. To
produce divergent responses ( multiple responses to the same questions)
2. To
ascertain the validity of the responses
3. To
verify responses in some subject matter tasks.
Role
of Teacher:
1. To
make the decision about the question to be asked
2. To
accept the responses
3. To
serve of verification in some subject matter tasks.
Didalam penggunaan suatu gaya mengajar terdapat kelebihan dan
kekurangan, menurut Berliana (2008) yang di kutip oleh Muldan (2011) yaitu:
Kelebihan:
-
Melibatkan aspek kognitif
sehingga memberikan kemungkinan untuk berkembang secara harmonis.
-
Memahami pernyataan dan jawaban
memberikan kesempatan kepada siswa memahami hubungan antara proses dan hasil
belajar.
-
Ganjaran dan dorongan yang
tetap yang terkandung dalam proses belajar mengajar cenderung mendorong siswa
membentuk citra dirinya dan membangkitkan perhatian dan keterlibatannya pada
pokok bahasan.
Kekurangan:
-
Nampak sangat bertele – tele
sering menimbulkan kebosanan bila tidak segera menemukan target belajarnya.
-
Diperlukan banyak waktu untuk
membimbing siswa, yang menimbulkan keengganan guru membuat persiapan secara
cermat.
Sangat menekankan pada laju kecepatan belajar
siswa