BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sepakbola merupakan salah satu olahraga
permainan yang sudah dimainkan sejak lama di berbagai Negara, meskipun
menggunakan istilah yang berbeda. Semua permainan itu memiliki tujuan yang
sama, yaitu permainan yang dimainkan oleh dua tim dan pemain dari tiap tim
berusaha memainkan bola dan menjaga bola agar tidak direbut oleh tim lawan dan
berusaha memasukan bola ke dalam jaring atau gawang lawan. Seperti yang
dikemukakan dalam www.untukku.com yaitu:
… Di
negeri Cina. Kala itu, dinasti Han melatih tentara menggunakan “tsu-chu”
untuk latihan fisiknya, yaitu latihan menendang bola kulit memasukkan ke dalam
jaring kecil yang diikatkan pada batang-batang bambu panjang …”, selain di Cina
permainan sepak bola telah dimainkan juga di Jepang yang bernama Kemari,
meskipun tidak kompetitif seperti di Cina. Yunani dengan “episkyros”,
Romawi (Italia) dengan “haspartum”, dan Perancis dengan “choule”.
Sepakbola adalah permainan invasi yaitu
permainan yang memperbolehkan setiap pemain dalam sebuah tim atau regu yang
bertanding menyerang memasuki daerah pertahanan lawan, dan setiap pemain
dalam sebuah tim berusaha memasukan bola ke gawang lawannya untuk membuat gol
atau skor, serta menjaga gawangnya dari serangan lawan. Gol dihitung jika bola
seluruhnya telah melewati garis gawang. Seiap pemain berusaha memasukan bola
dengan cara melakukan operan (passing), menggiring (dribbling),
menembak (shooting). Selain cara – cara tersebut, ada cara lain yang
bisa dilakukan oleh para pemain yang tidak membawa bola, seperti bergerak
mencari ruang kosong, membantu dan melindungi pemain yang sedang membawa bola.
Dan pemain dari tim lawan yang tidak menguasai bola berusaha untuk merebut bola
dari pemain lawan dengan cara melakukan adu tubuh (body charge), taklikng,
membayangi pemain lawan yang tidak membawa bola, menutup ruang kosong, dan
menutup ruang tembak ke arah gawang.
Pada permainan sepakbola modern dan
kompetitif, permainan ini dimainkan selama 90 menit yang dibagi kedalam dua
babak. Tiap babak dimainkan selama 45 menit dan jika tim yang mencetak gol
lebih banyak dari tim lainnya dalam kurun waktu 90 menit tersebut adalah
pemenang permainan ini, jika keadaan masih imbang (draw) diadakan babak
tambahan waktu selama 2 x 15 menit, dan bila kedudukan masih imbang maka
diadakan adu penalty. Permainan sepak bola dimainkan oleh 22 orang pemain yang
dibagi kedalam 2 tim, setiap tim terdiri dari 11 orang, yang diantaranya adalah 1 orang penjaga gawang
(goal keeper), 4 pemain belakang (defender), 4 gelandang (miedfielder), dan 2 orang penyerang (striker).
Namun jika permainan ini dimainkan untuk
olah raga rekreasi, jumlah pemain bisa disesuaikan, contoh bisa dimainkan
dengan 8 orang pemain, 6 orang pemain bahkan dengan 4 orang pemain, olahraga
permainan sepakbola bisa dimankan.
Sepakbola merupakan olahraga yang sangat
digemari di seluruh dunia, terbukti dari data siswa di akademi La Masia
milik klub sepakbola Barcelona Spanyol, yang diminati oleh setiap anak di
seluruh dunia, yang dikutip dari http://www.kaskus.us/showthread yaitu :
La Masia
menjadi salah satu kamp paling elite bagi bakat-bakat super dari seluruh dunia.
Dalam 30 tahun, sebanyak 450 pemain bola muda memancangkan mimpinya di bangunan
dengan luas 610 meter persegi tersebut. Dari jumlah itu, sebanyak 40 pemain
menjadi pemain utama Barcelona…
Bukan hanya menjadi pemain sepakbola saja,
banyak orang yang menggemari pertandingan sepakbola, dengan menjadi penonton
ini terbukti dari data penonton sepakbola
yang ada di liga jerman, yang dikutip dari http://www.sepaxbola.info menyatakan bahwa: “Liga yang stadionnya
paling ramai adalah Bundesliga. Pada tahun 1960an hingga 1980an, rata-rata
jumlah kehadiran penonton di stadion klub-klub Jerman berkisar antara 5-7 juta orang
per musim.”.Dari sumber tersebut di atas, dapat dilihat bahwa antusiasme masyarakat
dunia terhadap sepakbola sangat tinggi. Begitu juga masyarakat Indonesia sangat
menggemari olahrga permainan ini, terlihat dari banyaknya jumlah klub dan
pemain yang berkiprah di Liga Indonesia yang berada di bawah naungan Persatuan
Sepakbola Seluruh indonesia (PSSI), yang dikutip dari http://sepakbola.showbiznotes.net/daftar-tim-klub-peserta-indonesia-super-league-isl-20102011/:
Arema
Indonesia jumlah pemain 23 orang, Persipura Jayapura 24 orang, Persiba
Balikpapan 22 orang, Persib Bandung jumlah pemain 24 orang,Persija Jakarta 25
orang, Persiwa Wamena 23 orang, PSPS Pekanbaru 23 orang, Sriwijaya FC 24 orang,
Persijap Jepara 25 orang, Persema Malang 23 orang, Bontang FC 24 orang,
Persisam Samarinda 23 orang, PSM Makassar 22 orang, Persela Lamongan 23 orang,
Pelita Jaya Karawang 24 orang, Persibo Bojonegoro 23 orang, Semen Padang 23
orang, Deltras Sidoarjo 24 orang
Dari sumber di atas, menunjukan bahwa
sepakbola digemari di Indonesia. Tidak hanya pada liga professional saja,
bahkan permainan sepakbola dimainkan sampai ke pelosok – pelosok daerah di
Indonesia, yang lebih populer dengan istilah antar kampung (Tarkam). Tidak
hanya menjadi pemain, banyak orang yang
berbondong - bondong menyaksikan pertandingan sepakbola di stadion sepakbola di
seluruh Indonesia ini dapat dibuktikan dengan data penonton yang dikutip dari http://www.sepaxbola.info yaitu: “…Dari evaluasi jumlah penonton ISL
2009/10, rata-rata jumlah penonton tertinggi adalah Persija (22.908 orang),
diikuti Arema (21.724) dan Persipura (20.068)…”. Dari data tersebut bisa dilihat antusiasme masyarakat
di Indonesia terhadap sepak bola tidak kalah dibandingkan dengan masyarakat di
luar Indonesia. kita dapat melihat permainan ini dimainkan oleh berbagai macam
orang, seperti yang diutarakan oleh
Sucipto (1999/200:7) yakni “ Sepakbola berkembang dengan pesat dikalangan
masyarakat, karena permainan ini dapat dimainkan oleh laki – laki dan
perempuan, anak – anak, dewasa dan orang tua”. Sepakbola bisa dimainkan di berbagai tempat. Mulai dari
sekitar rumah, di tingkat sekolah, jalanan, hingga yang dimainkan secara
professional.
Di lingkungan persekolahan, permainan
sepakbola termasuk salah satu ruang lingkup materi aktivitas pembelajaran
permainan dan olahraga, dalam materi pelajaran Pendidikan Jasmani Kesehatan
Olahraga dan Rekreasi (Penjasorkes), yang sudah tertera dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, yang telah dirumuskan dalam standar
kompetensi sebagai berikut: “Melakukan teknik dan taktik berbagai permainan dan
olahraga didasari konsep yang benar dan memiliki nilai – nilai yang terkandung
didalamnya”. Dan sudah dijabarkan dalam tujuan pembelajaran yang terdapat pada
kompetensi dasar dan indicator aktivitas pembelajaran permainan olahraga
ksususnya dalam aktivitas permainan sepakbola, pada tingkat satuan Pendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI (sebelas) sebagai berikut:
Kompetensi dasar:
Mengintregrasikan teknik
salah satu nomor olahgraga beregu mengunakan bola besar (sepakbola, bolavoli,
bola basket) dengan baik, tepat dan lancar.
Indikator
1. Menggunakan
berbagai bentuk formasi, bentuk strategi dalam permainan sepak bola.
2. Mempraktikan teknik
passing, shooting dan dribbling.
Melalui aktivitas pembelajaran olahraga
permainan sepakbola ini, potensi – potensi pendidikan yang ada pada siswa diharapkan dapat tumbuh
berkembang secara optimal, baik potensi dalam dimensi kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Dimensi kognitif yang berpeluang besar untuk ditumbuh kembangkan melalui
aktifitas permainan sepakbola sepertimemperhitungkan arah datangnya bola,
mengukur seberapa kuatnya operan yang akan diberikan kepada kawan dan mengukur berapa kuatnya tendangan ke gawang
lawan agar masuk ke gawang. Bukan hanya dimensi kognitif saja yang
terkembangkan didalam permainan sepakbola, dimensi afektif dan psikomotor pun dapat tumbuh berkembang dengan cara bekerja sama,
bertanggung jawab, disiplin, saling menghargai, sportivitas, mencari
ruang dalam permainan, ketepatan dalam memberikan umpan, kebugaran jasmani,
dll.
Namun didalam kenyataan di lapangan
aktifitas pembelajaran permainan sepakbola kebanyakan terbalik, dari aktivitas
pembelajaran permainan olahraga sepakbola menjadi pelatihan cabang olahraga,
yang menekankan seorang siswa untuk mengoptimalkan kemampuan geraknya dengan menggunakan metode latihan yang
disesuaikan. Guru mata pelajaran penjasorkes cenderung memberikan siswa
pelatihan sepakbola gerakan passing, misalnya passing menggunakan
kaki bagian dalam dan siswa diperintahkan untuk melakukan
pengulangan sampai menguasai gerakan passing tersebut. Seharusnya
seorang guru penjasorkes memberikan aktivitas pembelajaran permainan sepakbola,
yang bukan hanya mengembangkan aspek psikomotornya lewat gerakan passing saja,
tapi juga dituntut harus mengembangkan aspek kognitif, dan afektifnya lewat
aktifitas pembelajaran permainan sepakbola. Dengan cara mengajarkan siswa untuk
mengeluarkan kreatifitasnya dalam proses pengambilan keputusan, untuk membantu
siswa mengetahui potensi yang dimilikinya, untuk bekerja sama dengan rekan
setimnya dalam aktivitas pembelajaran permainan sepakbola, memperkaya kemampuan
gerak siswa, membentuk sikap yang tepat terhadap nilai yang terdapat dalam aktivitas
pembelajaran permainan sepakbola, belajar bertanggung jawab, memberikan
pertolongan, meningkatkan kesehatan atau kesegaran jasmani.
Di dalam aktivitas pembelajaran permainan
sepakbola seorang guru harus bisa mengarahkan siswanya untuk bebas dan kreatif
dalam mempelajari suatu pembelajaran permainan olahraga namun tetap dalam
pengawasan guru. Untuk mengakomadisi kreatifitas dan kebebasan siswa dalam
mengikuti aktivitas pembelajaran permainan sepakbola, seorang guru penjasorkes
bisa menggunkan metode, model dan gaya mengajar yang sesuai, agar semua potensi
siswa dapat berkembang.
Di dalam aktivitas pembelajaran yang
diberikan oleh masing – masing guru mata pelajaran, memiliki metode, model dan
mengajar yang berbeda – beda. Dan tugas guru adalah memilih metode, model dan
gaya mengajar yang tepat agar materi yang diberikan dapat tersampaikan.
Beberapa metode, model dan gaya mengajar, yang sering dipergunakan oleh seorang
guru diantaranya adalah pemrosesan informasi, gaya mengajar komando, divergen,
pembelajaran kooperatif dsb. Itulah beberapa metode, gaya dan strategi yang
bias dipergunakan oleh seorang guru, khususunya guru penjas. Dalam pembelajaran
penjas seorang guru di tuntut kreatifitasnya untuk menggunakan gaya, metode dan
strategi mengajar yang tepat, sehingga antusias siswa dalam pembelajaran cukup
tinggi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
Latar belakang permasalahan, dapat diidentifikasi terkait dengan aktivitas
pembelajaran permainan sepakbola dalam mata pelajaran Penjaskes di SMAN 1
Pangalengan adalah sebagai berikut:
1. Guru belum memahami antara
aktivitas pembelajaran permainan sepak
bola dengan pelatihan cabang olahraga sepakbola
2. Guru Penjaskes cenderung
memberikan aktivitas pelatihan cabang olahraga sepakbola, bukan memberikan aktifitas
pembelajaran permainan sepak bola.
3. Masih jarang guru Penjaskes yang
menerapkan gaya mengajar divergen dalam
aktivitas pembelajaran permainan sepak bola.
4.
Siswa kurang kreatif dalam
memberikan jawaban pada suatu permasalahan
5.
Siswa cenderung pasif dan menunggu jawaban yang diberikan oleh guru
6.
Siswa terlalu bergantung kepada
intruski guru dalam pembelajaran.
7.
Kurangnya kesempatan gerak yang
didapat siswa karena lama menunggu giliran.
C. Batasan Masalah
Untuk mempermudah masalah yang diteliti,
maka batasan permasalahan dalam
penelitian ini adalah: penerapan gaya mengajar divergen dalam pembelajaran aktivitas permainan sepak bola di SMA Negeri 1 Pangalengan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana penerapan gaya mengajar divergen dalam pembelajaran aktivitas
permainan sepakbola?
Adapun yang dijadikan tujuan penelitian oleh penulis
adalah sebagai berikut:
1.
Ingin mengetahui penggunaan gaya mengajar divergen dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola
SMA Negeri 1 Pangalengan
2.
Ingin mengetahui bagaimana siswa memberikan respon terhadap gaya
mengajar divergen yang dipergunakan
oleh guru .
3.
Ingin mengetahui aplikasi dari
gaya mengajar Divergen .
D.
Kegunaan penelitian
Dengan mengetahui pengaruh gaya mengajar divergen terhadap
pembelajaran permainan sepakbola di SMAN 1 Pangalengan Kecamatan Pangalengan
Kabupaten Bandung diharapkn memberikan kegunaan, kepada:
1. Teoritis
a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi mengenai
berbagai metode dan gaya mengajar yang ada dan dapat dipergunakan untuk
mengembangkan potensi siswa dalam pembelajaran Penjaskes.
b. Untuk menerapkan gaya
mengajar divergen dalam pembelajaran
aktivitas permainan sepakbola, sehingga langkah – langkah yang akan dilakukan
dapat dipergunakan oleh guru Penjas
2. Praktis.
Agar gaya mengajar divergen dapat
dipergunakan oleh guru Penjas, sehingga
dapat memperbanyak gaya mengajar yang dimiliki.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.
TINJAUAN TEORITIS
1.
Hakikat Pembelajaran Aktivitas Permainan Sepakbola
Seperti yang
telah diungkapkan pada Bab sebelumnya, permainan sepakbola merupakan salah satu
permainan olahraga bola besar yang digunakan sebagai media atau alat dalam aktifitas
pembelajaran Penjas. Keberadaan permainan sepakbola sebagai media atau alat aktifitas
pembelajaran penjas ini, sudah secara eksplisit tersurat di dalam KTSP 2006,
untuk satuan pendidikan SMA. Dengan demikian sekolah (guru dan siswa) wajib
melaksanakan pembelajaran aktifitas permainan sepakbola dalam konteks
Pendidikan Jasmani.
Menurut Rusman (2011:3): “Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa, yang dimaksud proses
interaksi adalah proses terjadinya hubungan – hubungan sosial antara peserta
didik dengan guru maupun sumber dan lingkungan pembelajaran lainnya di dalam
kegiatan pembelajaran, misalnya bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan dari
guru, dan berdiskusi dengan rekan di dalam pembelajaran. Sumber belajar adalah
segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberikan kemudahan kepada seseorang
dalam belajarnya. Sumber belajar dalam
pembelajaran bisa didapat dari guru, buku, video – video pembelajaran Penjas dari internet, gambar –
gambar kegiatan pembelajaran, peralatan yang dipergunakan, melihat pertandingan
sepakbola di televisi atau di lingkungan sekitar serta media cetak seperti
koran dan majalah. Lingkungan belajar adalah tempat terjadinya kegiatan belajar
dan pembelajaran, Penjas seperti lapangan sepakbola, lapangan bola voli,
lapangan basket dan lain – lain.
Menurut Undang –
Undang RI nomor 14 tahun 2005, guru adalah “Pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.”. Dari uraian tersebut dijelaskan tugas utama
seorang guru yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik sehingga bisa menjadi manusia seutuhnya.
Menurut UNESCO
yang dikutip oleh Aunurrahman (2011:6) bahwa dalam pembelajaran di setiap jenjang
dan satuan pendidikan, guru harus mengarahkan peserta didik kepada hakikat
pendidikan yaitu 1. Learning to know,
2. Learning to do, 3. Learning to live together,, learnign to live with others, 4. Learning to be.
Selanjutnya menurut Aunurrahman (2011:6) yang
dimaksud dengan learning to know adalah
“upaya untuk memahami
instrumen - instrumen pengetahuan baik sebagai alat maupun sebagai
tujuan.” Learning to do adalah “...bagaimana
mengajarkan anak – anak untuk mempraktikan segala sesuatu yang telah dipelajarinya
dan dapat mengadaptasikan pengetahuan –
pengetahuan yang telah diperolehnya ...”
Learning to live together,
lerning to live with others adalah “mengajarkan,
melatih,dan membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan
melalui komunikasi yang baik, menjauhi prasangka – prasangka buruk terhadap
orang lain serta menjauhi dan menghindari terjadinya perselisihan dan konflik.” Sementara yang
dimaksud dengan learning to be adalah
bahwa:
...Pendidikan
hendaklah mampu memberikan kontribusi untuk perkembangan seutuhnya setiap
orang, jiwa dan raga, intelegensi, kepekaan, rasa etika, tanggung jawab pribadi
serta nilai – nilai spiritual. Semua manusia hendaklah diberdayakan untuk
berfikir mandiri dan kritis dan mampu membuat keputusan sendiri dalam rangka
menentukan sesuatu yang diyakini yang harus dilaksanakan
Konsep – konsep
tersebut sama dengan tujuan pembelajaran Penjas. Menurut Lutan (2007:5.18)
menyatakan bahwa “Pendidikan Jasmani adalah bagian integral dari pendidikan
melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara
organik, neuromuskular, intelektual dan emosional.” Pernyataan yang sama
diutarakan oleh Bucher yang dikutip oleh Aan S (2011) dalam bahwa “Pendidikan
Jasmani adalah bagian yang terpadu dari proses pendidikan yang menyeluruh,
bidang dan sasaran yang diusahakan adalah perkembangan jasmaniah, mental,
emosional dan sosial bagi warga negara, sehat melalui medium kegiatan
jasmaniah.” Dua pernyataan tersebut menunjukan bahwa Penjas adalah bagian penting dalam pendidikan
seperti yang tertulis dalam PERMENDIKNAS no 22 tahun 2006 yaitu:
Penjas
merupakan bagian integral dari pendidikan
secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran
jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,
penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani , olahraga dan
kesehatan.
Dari penjelasan
di atas, disebutkan Penjas bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran
jasmani, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial dll. Lebih lanjut
tujuan Penjas dijelaskan dalam PERMENDIKNAS no 22 tahun 2006 yaitu:
1. Mengembangkan
keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan
kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktifitas jasmani dan
olahraga terpilih.
2. Meningkatkan
pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik
3. Meningkatkan
kemampuan dan keterampilan gerak dasar
4. Meletakkan
landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai – nilai yang
terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
5. Mengembangkan
sikap sportif, jujur disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan
demokratis
6. Mengembangkan
keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan
7. Memahami
konsep aktifitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai
informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan
kebugaran, terempil, serta memiliki sikap yang positif
Berdasar pada
konsep dasar arah pendidikan yang dikemukakan oleh UNESCO dan konsep dasar tujuan
Penjas, maka dapat disintesiskan bahwa konsep dan tujuan Penjas memiliki
kesamaan – kesamaan dengan arah pendidikan yang dikemukakan oleh UNESCO. Kesamaan
– kesamaan tersebut, dapat dianalisis sbb:
Pertama, salah satu
tujuan Penjas, adalah agar siswa memiliki pengetahuan tentang konsep – konsep
dasar aktivitas jasmani, yang dapat berguna bagi kemaslahatan hidupnya. misalnya
siswa dapat memahami konsep aktivitas
jasmani yang benar, mengetahui cara hidup di lingkungan yang bersih sebagai
informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, memahami pola hidup sehat, mengetahui cara
mengembangkan dan memelihara kebugaran jasmani dan serta pola hidup sehat
melalui berbagai aktifitas jasmani dan olahraga terpilih, dan mengetahui sikap
sportif, jujur disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan
demokratis. Semua itu merupakan ciri – ciri dari konsep learning to know.
Kedua, bahwa tujuan Penjas adalah agar siswa
bisa melakukan berbagai aktifitas
jasmani dan olahraga terpilih, menerapkan sikap sportif, jujur disiplin,
bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis dan menerapkan konsep
aktifitas Pendidikan jasmani dan olahraga untuk mencapai pertumbuhan fisik yang
sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang
positif. Dalam praktik pembelajaran Penjas, semua nilai – nilai tersebut
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga semua nilai – nilai tersebut
dapat diterapkan di lingkungan dimana siswa tersebut hidup sepanjang hayatnya. Semua hal tersebut menggambarkan ciri – ciri dari
konsep yang mengarah pada learning to do.
Ketiga,
Penjas bertujuan agar siswa dapat mengembangkan kerja
sama, menghargai orang lain, mempercayai orang lain, saling
membantu, memberikan motivasi untuk diri sendiri dan orang lain, mengembangkan
keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Semua hal tersebut menggambarkan ciri – ciri dari
konsep yang mengarah pada learning to
live together, learning to live with others.
Keempat,
Penjas adalah pendidikan yang utuh, melibatkan seluruh dimensi manusia, yaitu
dimensi kognitif, afektif dan psikomotor. Tercermin dalam 7 tujuan Penjas yang
tercantum pada PERMENDIKNAS no 22 tahun 2006, yang sudah dibahas pada paragraph sebelumnya. Penjas juga memiliki tujuan
untuk membentuk siswa menjadi pribadi yang memiliki karakteristik moral yang
kuat melalui internalisasi nilai – nilai yang terkandung di dalam pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan. Seperti
memiliki sikap sportif, fair play, jujur, disiplin, bertanggung jawab, percaya
diri. Mengembangkan keterampilan pengelolaan
diri dalam bentuk meningkatkan keterampilan gerak dasar,
pertumbuhan fisik yang sempurna, terbiasa melakukan pola hidup sehat,
dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani, melalui berbagai
aktifitas jasmani dan olahraga terpilih.
Semua hal tersebut menggambarkan ciri – ciri dari konsep yang mengarah pada learning to be.
Merujuk pada analisis di atas, maka semua
praktik pembelajaran penjas dalam semua akifitas pembelajaran harus diarahkan
pada konsep arah pendidikan
tersebut. Termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran aktifitas permainan sepakbola.
Pada pembelajaran aktifitas permainan sepakbola pilar pendidikan menurut
UNESCO tersebut diterapkan di dalam
pembelajaran aktifitas
permainan sepakbola dan dapat
dianalisis sebagai berikut:
Pertama, guru
memberikan penjelasan dan pemahaman tentang konsep – konsep dasar bermain sepak
bola, baik yang berkaitan dengan teknik
dan taktik, selain itu guru juga memberikan informasi tentang nilai – nilai
pendiidkan yang terkandung di dalam pembelajaran aktivitas permainan sepak
bola. Seperti dalam melakukan tendangan, siswa bukan di ajarkan untuk menendangan, tapi
diajarkan cara – cara melakukan tendangan dan diajarkan untuk membiasakan diri
mengukur berapa tenaga yang diperlukan untuk melakukan tendangan tersebut.
Dalam
Pembelajaran aktivitas permainan sepakbola, selain di ajarkan cara – cara menendang
bola, juga diberikan pengetahuan tentang cara – cara mengoper bola, sehingga
siswa dapat pengetahuan tentang dasar – dasar dalam pembelajaran aktivitas
permainan sepakbola. Selanjutnya dalam menggiring bola, siswa dibiasakan berfikir
cara – cara melakukan
trik – trik menggiring bola, memilih, dan menentukan
pergerakan sebelum bola datang.
Membiasakan siswa untuk mengamati karakteristik perubahan arah, ketinggian, dan
kecepatan jatuhnya bola. Sehingga dapat menentukan posisi yang tepat pada saat
bola jatuh. Lalu guru harus membiasakan
siswa untuk menggunakan kreatifitasnya dalam
melakukan operan, melakukan pergerakan untuk mengecoh lawan dan pemahaman akan
taktik permainan agar siswa memahami apa yang harus dilakukan di dalam
pembelajaran.
Selain
hal – hal tersebut di atas, secara tidak langsung siswa diajarkan untuk menjaga
kesehatannya, dengan membersihan tubuhnya setelah pembelajaran, sehingga
terhindar dari penyakit seperti biang keringat. Selain itu di dalam
pembelajaran aktivitas permainan sepabola, siswa akan memahami sikap sportif
seperti, bagaimana caranya mengakui kekalahan, bagaimana cara memberikan
selamat kepada lawan bermain yang memenangi permainan dan memahami pentingnya
bermain jujur. Lalu siswa juga akan mengetahui bagaimana cara bekerjasama,
seperti bagaimana membuka ruang agar teman dapat mengoper bola, bagaimana
seorang siswa melakukan operan kepada teman yang lebih siap dan menutup
pergerakan lawan. Ciri – ciri tersebut merupakan pembelajaran aktivitas
permainan sepakbola yang dilandasi oleh pilar pendidikan menurut UNESCO yaitu
learning to know.
.
Kedua, di dalam
pembelajaran aktivitas permainan sepakbola siswa diajarkan melakukan tendangan yang akurat, melakukan pergerakan sebelum bola
datang, memberikan umpan yang akurat di terapkan
oleh guru kepada siswa memenuhi keinginan untuk bergerak, membuka ruang dalam
permainan, memiliki keyakinan gerak dan perasaan sikap, memperkaya kemampuan
gerak, Selanjutnya dalam menggiring bola, siswa melakukan teknik - teknik
menggiring bola, memilih, dan menentukan pergerakan sebelum bola datang, menentukan
posisi yang tepat pada saat bola jatuh, disiplin dalam
menjaga daerah pertahanan sendiri, berlari kembali ke posisi awal saat
bertahan, menjaga pemain lawan.
Selain
itu diutarakan oleh Bucher (1964) yang dikutip oleh Lutan melalui pembelajaran
aktifitas permainan sepak bola banyak keuntungan biologis yang dapat diraih
seperti:
a. Pengaruh
gerak terhadap kesehatan umum dan otot jantung
b. Pengaruh
terhadap volume darah per denyut jantung
c. Pengaruh
terhadap frekuansi denyut nadi
d. Pengaruh
terhadap darah
e. Pengaruh
terhadap tekanan darah arteri
f. Pengaruh
terhadap butir – butir darah merah
g. Pengaruh
terhadap pernafasan
h. Pengarah
terhadap otot
Dari uraian di atas, bahwa dengan
pembelajaran aktifitas permainan sepak bola, setidaknya dapat mendekati
sehat paripurna yang dirumuskan oleh World
Health Organization (WHO). Dalam pembelajaran aktivitas permainan sepak
bola, olah raga permainan dipergunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan – tujuan pendidikan yang terdapat di dalam
permainan sepakbola khususnya. Oleh karena itu diperlukan kreatifitas yang
tinggi dari sorang guru penjaskes untuk membuat berbagai bentuk aktivitas
gerak, agar dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola tidak masuk
menjadi aktivitas pelatihan olah raga, karena kebanyakan guru Penjasorkes
cenderung hanya mengembangkan aspek dimensi psikomotornya seperti melatih
teknik passing, dribling dan shooting saja tanpa memperhatikan aspek
dimensi lainnya. Seperti pada penguasaan teknik menendang didalam pembelajaran aktifitas
permainan sepakbola, ada siswa yang kurang bisa melakukan tendangan dan akan
malas dalam melakukan pembelajaran disini seorang guru penjas yang berorientasi
pada pelatihan, akan memaksa siswa tersebut untuk melakukan teknik menendang
seperti yang dicontohkan, seharusnya seorang siswa diberikan kebebasan untuk
melakukan cara menendang menurut dirinya sendiri dengan bimbingan dan arahan
dari guru.
Lalu guru
harus membiasakan siswa untuk mengakui kekalahan dengan cara memberikan selamat
kepada lawan bermain yang memenangi pertandingan dalam pembelajaran. Aspek psikomotor ini dapat diterapkan terhadap siswa
dengan cara, menerapkan peraturan dan norma – norma dalam pembelajaran
aktivitas permainan sepakbola. Ini merupakan ciri – ciri pembelajaran aktivitas
permainan sepakbola yang mengarah pada konsep learning to do.
Ketiga, di
dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola, siswa diajarkan untuk saling
membantu, karena pada dasarnya permainan sepakbola bukanlah permainan
perseorangan tapi permainan beregu. Seperti yang diutarakan oleh Sucipto
(1991:7) bahwa” sepakbola merupakan permainan beregu, masing – masing regu
terdiri dari 11 pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang,” dari uraian
tersebut disebutkan permainan beregu yang dimaksud permainan beregu adalah
permainan yang dilakukan oleh sekelompok orang. Pembelajaran aktivitas
permainan sepakbola yang merupakan kegiatan pembelajaran beregu ini, siswa diajarkan untuk bekerja
sama, menghargai keputusan teman satu tim , mepercayai teman seperti jika
terjadi tendangan penalty semua pemain harus mempercayai kepada orang yang
melakukan tendangan, atau sebaliknya percaya pada penjaga gawang. Saling
membantu dalam menjaga pertahanan dan juga membantu dalam penyerangan, saling
memberikan motivasi kepada rekan bila melakukan gol bunuh diri, atau memberikan
motivasi jika timnya kalah Sikap – sikap
tersebut harus dilandasi oleh sikap saling menghargai sehingga bisa menjauhkan
siswa dari perselisihan dan konflik.
Ini merupakan ciri – ciri pembelajaran aktivitas permainan sepakbola yang
mengarah pada konsep Konsep learning to live together, lerning to live with
Keempat, pembelajaran
aktivitas permainan sepakbola merupakan alat atau media yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan – tujuan penjas. Guru
harus mengarahkan siswa dalam pembelajaran, memberdayakan dirinya melalui aspek
– aspek yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran aktifitas permainan sepakbola
untuk menjadi diri sendiri. Seperti belajar menemukan posisi dalam permainan
yang akan di tempati, lalu mencari cara bermain pada posisi tersebut. Sehingga
pada saat siswa terjun di lingkungan masyarakat, siswa terbiasa untuk
menempatkan dirinya sebagai anggota masyarakat. Ini merupakan ciri – ciri pembelajaran aktivitas
permainan sepakbola yang mengarah pada konsep learning to be.
Cara
– cara memainkan
bola dalam permainan sepakbola, tidak memiliki standar teknik baku yang tetap, karena permainan sepakbola
termasuk dalam kategori klasifikasi keterampilan terbuka (open skill). Menurut
Lutan (2005):
“keterampilan terbuka adalah keterampilan dimana lingkungan selalu berubah –
ubah atau sukar diprediksi, sehingga si pelaku tak dapat merencanakan secara
efektif respons yang serasi.” Dari uraian
tersebut, dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola akan ditemui
berbagai situasi dimana siswa dihadapkan beberapa pilihan yang harus dipilih.
Seperti saat berada di depan gawang. Seorang siswa, bisa melakukan tendangan
jika ada cukup ruang untuk melakukan tembakan. Dalam melakukan tembakan
tersebut bisa juga terjadi situasi dimana rekannya lebih memiliki posisi yang
lebih menguntungkan.
Berdasarkan
cara berfikir tersebut, maka dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola, siswa
dibiasakan untuk membuka
pemikirannya lebih luas, berfikir menggunakan pengetahuannya, membiasakan siswa
berfikir cepat, dan membiasakan siswa berfikir secara efektif, sehingga dapat
mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Sehingga berpeluang besar untuk
mengembangkan berbagai dimensi baik kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan pembelajaran
aktifitas permainan sepakbola yang teratur, terencana, terarah dan terbimbing,
diharapkan dapat dicapai seperangkat tujuan yang meliputi pembentukan dan
pembinaan bagi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.
Berdasar pada
uraian di atas, dalam pembelajaran aktifitas permainan sepakbola dimensi
kognitif, afektif dan psikomotor. Dapat
ditumbuh kembangkan. Menurut
Sneyers (2002) menyatakan dalam sepakbola:
Tidak cukup mengandalkan latihan teknik dan taktik
saja. Juga
kelenturan disamping kekuatan otot, terutama yang berkaita erat dengan
permainan sepakbola, harus dipersiapkan sejak dini. Kerja sama perlu dilatih
sehingga setiap pemain dapat membaca pikiran kawannya.
Dari pendapat
tersebut jelas bahwa dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola, tidak
hanya aspek psikomotor saja yang dikembangkan juga aspek kognitif lewat membaca
pikiran kawan, lalu memutuskan apa yang akan dilakukan sehingga bias
menghasilkan keputusan yang tepat. Lalu
aspek afektif lewat kerja sama antar siswa.
2.
Gaya Mengajar Divergen
Gaya mengajar
merupakan keputusan – keputusan yang dibuat oleh guru dan siswa dalam suatu
kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk menjaga konsistensi belajar siswa.
Mosston (1994:2) mengungkapakan bahwa : ”pola hubungan pembuatan keputusan yang
dibuat guru dan siswa disebut gaya mengajar”. Dari uraian di atas jelas bahwa
gaya mengajar bukan hanya suatu tata cara yang dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran, melainkan bagaimana seorang guru bisa melibatkan siswa dalam
pengambilan keputusan.
Gaya mengajar divergen merupakan salah satu gaya mengajar yang
berpusat pada siswa, Seperti yang diutarakan oleh Mosston “for the first time the learner is enganged in discovering and producing
options within the subject matter.”. jadi siswa disini memiliki peran dan
ikut serta secara langsung dalam membuat pilihan dan penemuan di dalam
pembelajaran. Tugas siswa pada pembelajaran dengan gaya mengajar divergen adalah untuk menemukan jawaban
terhadap permasalahan. Seperti yang diutarakan Mosston “ the role of the learner has been either to replicate and perform or to
discover the specific target”. Gaya mengajar divergen berbentuk tugas – tugas dimana siswa berperan dalam
membuat keputusan. Guru hanya bertugas
memberikan dan membimbing siswa dalam permasalahan yang harus di selesaikan.
Jawaban dari permasalahan itu harus memiliki jawaban yang banyak atau berbeda –
beda, gaya mengajar divergen juga
memberikan kesempatan pada siswa untuk merancang suatu kegiatan dalam sebuah
pembelajaran yang diberikan oleh guru. Siswa dituntut untuk menemukan jawaban
yang bervariasi dengan menggunakan kreatifitasnya, keaktifannya dan kerja sama
dalam pembelajaran untuk menghasilkan jawaban – jawaban tersebut. Seperti yang
diutarakan oleh Furqon (68) menyatakan bahwa “gaya mengajar divergen merupakan suatu bentuk
pemecahan masalah”. Sasaran metode divergen
adalah:
- Mendorong siswa untuk menemukan pemecahan
ganda melalui pertimbangan-pertimbangan kognitif.
- Mengembangkan “wawasan” ke dalam struktur
kegiatan dan menemukan variasi.
- Memungkinkan siswa untuk bebas dari guru dan
melampaui jawaban-jawaban yang diharapkan.
- Mengembangkan kemampuan untuk memerikasa dan
menganalisis pemecahan-pemecahannya.
Menurut Mosston (1994 :200) Gaya mengajar
divergen memiliki struktur “Stimulus > Cognitive Dissonance >
Mediation > Discovery.”. Dari uraian tersebut alur gaya mengajar divergen diawali dengan pemberian
rangsangan, ini bisa diberikan dalam bentuk memberikan permasalahan sehingga
siswa dituntut untuk berfikir sehingga mereka terangsang untuk berfikir. Cognitive dissonance pada tahapan ini
siswa akan mencari cara penyelesaian permasalahan dengan menggunakan
pengetahuan yang dimilikinya. Mediation pada
tahapan ini siswa akan menemukan jawaban dan pada gaya mengajar divergen ini, siswa akan menemukan
jawaban yang beragam. Discovery pada
tahap ini siswa pembuatan jawaban dari permasalahan ke dalam bentuk praktek.
Tujuan dari gaya mengajar divergen menurut
Mosston (1994:201) yaitu:
- To
invite the cognitive capacities of the teacher in designing problems for a
given subject matter area.
- To
invite cognitive capacities of the learner in discovering multiple
solutions to any given problem in physical education
- To
develop insight into the structure of the activity and discover the
possible variations within this structure.
- To
reach the level of affective security that permits the teacher and the
learner to go beyond accepted, conventional responses.
- To
develop the ability to verify solutions and organize them for specific purposes.
Dari uraian di
atas guru dalam penggunaan gaya mengajar divergen
dituntut untuk membuat permasalahan pada pembelajaran yang akan diberikan, dan
guru dituntut menggunakan pengetahuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut sehingga siswa dapat didorong untuk berfikir. Seorang guru harus dapat
membiasakan siswa memiliki pandangan yang luas pada susunan pembelajaran
sehingga dapat menghasilkan banyak jawaban ynag mungkin. Dengan gaya divergen, siswa diarahkan agar terbiasa
dengan pencarian permasalahan, lalu siswa dituntut untuk menemukan solusi ke
dalam praktek.
Dari tujuan
penerapan gaya mengajar divergen yang
diuraikan oleh Mosston di atas, maka hasil belajar yang diharapkan terjadi dan
dinilai oleh guru dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola berupa,
respons jawaban yang diberikan oleh siswa seperti banyaknya gerakan yang
dilakukan dalam melakukan tendangan, cara berfikir siswa dalam menemukan dan
merumuskan cara melakukan tendangan yang berbeda – beda tiap gerakan, siswa
terbiasa mencarai jawaban yang dapat muncul dalam pembelajaran, dan siswa dituntut untuk terbiasa saling mengkoreksi antar sesama siswa jika
terdapat gerakan yang sama.
Dalam penerapan
gaya mengajar divergen ini dijelaskan
oleh Mosston (1994:202) menjelaskan ada beberapa tahapan pengambilan keputusan
yang dibuat oleh guru yaitu:
- Preimpact, the teacher make decision about the
general subject matter, decision about specific topic, and decision about
design problem of series that will elicit divergent solution. Teacher must
first have insight into specifik elements of the activity, the sequence of
the activity, and the structure of
the activity..
- Impact set the learner decides which multiple
and divergent solutions adre applicable to the problem. The solutions discovered by the learner
become the subject matter, the content of the episode.
- Post Impact, the learner makes evaluation decisions about the discover
solutions.vthe more the learner
is engaged in the post impact phase, the more the objective of this style
is reached.
Dari uraian di
atas terdapat 3 tahapan yang harus dibuat oleh guru, pertama pre impact, pada tahapan ini guru
menyiapkan materi yang dapat mengarahkan siswa kedalam pemikiran divergent, guru harus menyusun kegiatan
yang terhubung dari satu permasalahan ke permasalahan yang lain. Impact pada tahapan ini guru harus
mengarahkan dan membimbing siswa untuk memutuskan penyelesaian dari
permasalahan yang diberikan. Post impact,
pada tahapan ini siswa akan memeriksa jawabannya, jika siswa bisa menemukan
jawaban yang beragam maka tujuan dari gaya ini tercapai.
Agar tujuan dari
gaya mengajar divergen dapat tercapai, maka seorang guru Penjasorkes
harus menyusun kegiatan pembelajaran dan menerapkan aspek dalam gaya mengajar divergen yang diutarakan oleh Mosston (1994:206) “1.
The design of a single problem and its consequences, 2. The design of sequence
of problem, 3. Guidelines for designing problems in various acticities.”. dari
uraian tersebut guru Penjasorkes terlebih dahulu ahrus menysusun permasalahan
tunggal yang harus diselesaikan oleh siswa juga membuat kemungkinan –
kemungkinan yang akan diberikan oleh siswa. Lalu menyusun bentuk permasalahan
yang berkelanjutan, bentuk permasalahan yang dibuat harus berhubungan dari
permasalahan tunggal yang dibuat, seperti penambahan pada inti masalah sehingga
siswa dapat meencari jawaban permasalahan tersebut. Membuat garis pembimbing
untuk permasalahan yang dibuat kedalam kegiatan yang beragam. Dari setiap
kegiatan yang beragam tersebut harus terhubung sehingga penyelesaian divergen dapat diterapkan oleh siswa.
Tujuan utama
dari gaya mengajar ini adalah untuk membiasakan siswa menghasilkan berbagai
macam jawaban terhadap permasalahan tunggal. Mosston mengungkapkan tugas guru
dan siswa yang terjadi pada penggunaan gaya mengajar divergen yaitu:
Role
of learner:
- To
produce divergent responses ( multiple responses to the same questions)
- To
ascertain the validity of the responses
- To
verify responses in some subject matter tasks.
Role of Teacher:
- To
make the decision about the question to be asked
- To
accept the responses
- To
serve of verification in some subject matter tasks.
Didalam
penggunaan suatu gaya mengajar terdapat kelebihan dan kekurangan, menurut
Berliana (2008) yang di kutip oleh Muldan (2011) yaitu:
Kelebihan:
-
Melibatkan aspek
kognitif sehingga memberikan kemungkinan untuk berkembang secara harmonis.
-
Memahami
pernyataan dan jawaban memberikan kesempatan kepada siswa memahami hubungan
antara proses dan hasil belajar.
-
Ganjaran dan
dorongan yang tetap yang terkandung dalam proses belajar mengajar cenderung
mendorong siswa membentuk citra dirinya dan membangkitkan perhatian dan
keterlibatannya pada pokok bahasan.
Kekurangan:
-
Nampak sangat
bertele – tele sering menimbulkan kebosanan bila tidak segera menemukan target
belajarnya.
-
Diperlukan
banyak waktu untuk membimbing siswa, yang menimbulkan keengganan guru membuat
persiapan secara cermat.
-
Sangat
menekankan pada laju kecepatan belajar siswa.
3.
Penelitian Tindakan Kelas
Metode penelitian
yang dipergunakan peneliti adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
menerapkan gaya mengjar divergen. Menurut
Muslikah (2010:32) PTK adalah: “ Suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan – tindakan tertentu agar dapat memeperbaiki
dan meningkatkan praktek – praktek di
kelas secara professional”. Di dalam penelitian ini seorang guru harus peka
terhadap gejala – gejala yang terjadi di kelas dalam pembelajaran, karena
penelitian ini menitik beratkan pada permasalahan yang muncul pada pembelajaran,
sehingga seorang guru bisa memperbaiki metode, model dan gaya mengajarnya,
seperti yang diutarakan oleh Undang (2008:3) yaitu: “ … Melalui PTK guru dapat memperbaiki kinerja metode
mengajarnya sehingga daya serap atau taraf serap mata pelajaran yang dibinanya,
bisa lebih optimal dipahami oleh siswa”. PTK menurut Arikunto (2008:2) ada tiga
pengertian yang dapat diterangkan yaitu:
- Penelitian
– menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan
cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan
penting bagi peneliti.
- Tindakan –
menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk
siswa.
- Kelas –
dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam
bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas
adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran
yang sama dari guru yang sama pula.
Dari penjelasan
tersebut PTK dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan mutu pembelajaran dan
memeprhatikan pada aturan dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi, lalu diberikan tindakan yang dalam bentuk siklus yang di dalamnya
berisikan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan guru. PTK dilaksanakan di kelas baik yang berada di
luar maupun di dalam ruangan, baik yang dilakukan di lapangan olahraga ataupun
ruangan kelas. Namun PTK bukanlah penelitian tntang ruang kelas tetapi kegiatan
siswa yang diteliti dengan pemberian tindakan oleh guru yang sekaligus menjadi
peneliti.
PTK berbeda
dengan penelitian pada umumnya, metode penelitian ini biasa dipergunkan untuk
memperbaiki, mendeteksi, dan menyempurnakan metode mengajar, seperti yang
diutarakan oleh Undang (2008:13) yaitu: “… PTK bersifat pragmatis dan praktis,
yakni memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM di kelas”. Dari uraian tersebut
peneliti yang menggunakan PTK harus mengetahui karakteristik siswa yang ada
dalam sebuah PBM, sehingga jika muncul permasalahan – permasalahan, akan dengan
mudah terdeteksi, dengan menggunakan PTK maka seorang guru dapat meneliti
permasalahan tersebut dan mencari solusinya. Metode PTK ini dilaksanakan di SMA
Negeri 1 pangalengan, dengan menerapkan gaya mengajar divergen.
Pada
penelitian ini penulis
menggunakan desain penelitian berupa model siklus dari Kemmis dan Taggart.
Model ini berbentuk perputaran atau rotasi yang dilakukan secara teratur dan
tetap, siklus ini diterapkan dengan adanya perencanaan (planning) yang didalamnya berisikan perencanaan pembelajaran guru
dalam mempersiapkan penelitian ini. Selanjutnya di ikuti dengan pelaksanaan (act) berisikan praktek kegiatan
pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru.
Observasi (observe) pengamatan
guru dari hasil penelitian pembelajaran. Refleksi (reflect) berisikan perbaikan dari peneliti yang selanjutnya perbaikan tersebut akan
di terapkan pada siklus ke II dan seterusnya.
Gambar 3.1 desain penelitian model spiral Kemmis dan Taggart ( Gunawan Undang
2008: 104) adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1

|

![]() |
|||
![]() |
|||
Gamba
![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
|
|
||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
|
|||||||||||||

|
Penelitian ini
direncanakan sebanyak tiga siklus. Jika dalam penelitian ini masih belum
terlihat hasil yang diinginkan oleh peneliti, maka keputusan untuk melanjutkan
atau menambah siklus akan menjadi keputusan bersama antara peneliti dengan guru
kelas XI di SMA Negeri 1 Pangalengan selaku observer.
Siklus dihentikan jika dari siklus – siklus yang telah dijalankan terjadi
perubahan yang diharapkan dan sesuai dengan rencana, dari gaya mengajar divergen yang diterapkan dalam
pembelajaran.
Berikut ini langkah – langkah yang akan
dilakukan dalam tiap siklus yang dijelaskan sebagai berikut pada siklus ini
peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran
aktivitas permainan sepak bola yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pangalengan
pada kelas XI yaitu:
- Masih
jarangnya penggunaan gaya mengajar divergen
di SMA Negeri 1 Pangalengan.
- Kurang
aktifnya siswa yang diakibatkan dari penggunaan gaya, metode dan model
mengajar yang dipergunakan guru.
- Kurangnya
minat belajar siswa dalam pembelajaran karena terpusat pada guru.
- Kreatifitas
siswa tidak muncul karena gaya mengajar yang dipergunakan kurang menunjang
untuk siswa mengeluarkan kreatifitasnya.
- Kurangnya
disiplin siswa dengan banyaknya siswa yang mengobrol ketika guru
menjelaskan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Setelah masalah – masalah yang ada
pada pembelajaran aktivitas permainan sepak bola , maka tahapa awal dalam
melakukan penelitian dalam siklus pertama adalah dengan membuat perencanaan (planning) yang disesuaikan dengan hasil
pengamatan awal:
- perencanaan
(plan)
Pada tahap
perencaanaan dibuat tahapan – tahapan yang akan dilakukan peneliti dalam
pembelajaran aktivitas permainan sepakbola yaitu:
- Membuat
desain pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar divergen
- Mengamati
kondisi sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.
- Mengumpulkan
data – data, media, dan alat yang
dapat menunjang pembelajaran dengan gaya mengajar divergen.
- Membuat
lembar – lembar observasi.
- pelaksanaan
(act)
Dalam tahap
pelaksaan ini peneliti memberikan gaya
mengajar divergen pada siswa. Dalam
tahap ini guru menjelaskan kepada siswa rancangan pembelajaran aktivitas
permainan sepakbola kepada siswa, dan menjelaskan harapan – harapan yang
diharapkan muncul dari pembelajaran, guru mengajar sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat. Guru mengajar seperti biasa dan peneliti atau observer
meneliti pembelajaran yang dilaksanakan.
Guru memberuikan
pmbelajaran mulai dari pembukaan yang terdiri dari penjelasan, apersepsi, dan pemanasan, lalu
dilanjutkan dengan inti pembelajaran, dan penutup, guru harus bersikap seperti
biasa tanpa di buat – buat, dan harus mentaati apa yang sudah dibuat pada
tahapan perencanaan.
- Pengamatan
(observe)
Pengamatan ini
dilakukan selama pembelajaran, dengan menggunakan lembar observasi dan catatan lapangan
yang telah dibuat, lembar observasi ini berisikan pengamatan yang dilakukan
dalam pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar divergen, lembar observasi ini digunakan untuk mengamati penggunaan
gaya mengajar divergen dan
pengaruhnya terhadap siswa..
Hasil dari
lembar observasi digunakan sebagai acuan dalam reflection, untuk memperbaiki gaya mengajar yang dipergunakan dalam
pembelajaran pada siklus ke dua
- Perbaikan
(reflection)
Dalam tahap ini
hasil dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengamatan, dievaluasi dan dicari kelemahan
dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola pada siklus satu, untuk
diperbaiki dan diterapkan pada siklus dua sehingga apa yang menjadi kekurangan
dan bagaimana penyelesaiannya dapat dideteksi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dari penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu didalam pelaksanaan
PTK tidak dapat dilaksanakan hanya dalam satu pertemuan atau satu kali siklus
tapi dibutuhkan beberapa siklus untuk memperbaiki dan menemukan hasil yang
diinginkan oleh peneliti sesuai dengan kriteria keberhasilan belajar siswa.
Untuk siklus –
siklus selanjutnya dilakukan perbaikan dari hasil siklus pertama, pada siklus
ke dua, peneliti memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus pertama dengan
langkah – langkah yang sama seperti siklus pertama, yang terdiri dai
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan observasi, namun hasil perbaikan dari
siklus pertama di terapkan pada siklus kedua, selanjutnya pada siklus ketiga
sama seperti pada pelaksaan siklus kedua, namun yang dipergunakan adalah hasil
perbaikan dari siklus kedua dan diterapkan pada siklus ketiga, dan seperti itu
seterusnya pada siklus – siklus selanjutnya jika dirasakan perlu menambah
siklus.
- Kerangka Berfikir
Dari
gambaran alur berfikir tersebut, dapat dianalisis bahwa hubungan antara hakikat
pembelajaran aktivitas permainan sepakbola dan karakteristik permainan
sepakbola dengan gaya mengajar divergen, dapat
dilaksanakan dengan langkah – langkah PTK. Karena di dalam pembelajaran
aktivitas permainan sepakbola, teknik yang dipergunakan tidak memiliki standar
baku dan termasuk pada keterampilan terbuka. Seorang siswa dituntut untuk
megeluarkan kreatifitasnya, pengetahuannya dan mengeluarkan kemampuannya dalam kegiatan
pembelajaran aktivitas permainan sepakbola, agar siswa menjadi pribadi yang
memiliki karakteristik moral yang kuat melalui
internalisasi nilai – nilai yang terkandung di dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola. Seperti
memiliki sikap sportif, fair play, jujur, disiplin, bertanggung jawab, percaya
diri dan dapat bekerja sama.
Ini
sesuai dengan gaya mengajar divergen, dimana siswa dituntut untuk mengeluarkan
kreatifitasnya, pengetahuannya dan kemampuan yang dimiliki dalam situasi yang
diberikan oleh guru pada kegiatan pembelajaran. Siswa harus mengeluarkan
kreatifitasnya untuk memberikan jawaban yang berfariasi pada permasalahan yang
diberikan oleh guru.
Berdasarkan kerangka berfikir
di atas, penerapan gaya mengajar divergen
di dalam pembelajaran aktifitas permainan sepakbola yang dilaksanakan dengan
menggunakan langkah – langkah PTK, diduga bahwa gaya mengajar divergen dapat diterapkan dalam
pembelajaran aktifitas permainan sepakbola.
- Hipotesis
Berdasarkan
tinjauan teori dan kerangka berfikir tersebut di atas, maka hipotesis tindakan
yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “gaya
mengajar divergen dapat diterapkan
dalam pembelajaran aktifitas permainan sepakbola.”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
TUJUAN OPERASIONAL PENELITIAN
Tujuan operasional penelitian ini adalah untuk
meningkatkan pemahaman dan keterampilan
peneliti dalam menerapkan gaya mengajar divergen,
khususnya dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran aktivitas
permainan sepakbola di SMA Negeri 1 Pangalengan, terutama kelas XI IPA 1.
B.
TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1
Pangalengan, Penelitian ini akan dilaksanakan pada kelas XI IPA 1 dengan jumlah
siswa 40 orang yang terdiri dari 16 orang siswa laki – laki dan 24 orang siswa
perempuan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun
ajaran 2011 – 2012. Waktu penelitian digambarkan seperti pada Matrik 3.1 di
bawah ini:
NO
|
Nama Kegiatan
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
||
1.
|
Penyusunan Proposal Skripsi
|
|||||||||||||||
2.
|
Bimbingan Proposal Skripsi
|
|||||||||||||||
3.
|
Seminar Proposal Skripsi
|
|||||||||||||||
4.
|
Surat Keputusan Judul Skripsi
|
|||||||||||||||
5.
|
BAB I (Pendahuluan)
|
|||||||||||||||
6.
|
BAB II (Tinjauan Teoritis, Kerangka Berfikir, dan
Hipotesis Tindakan)
|
|||||||||||||||
7.
|
BAB III (Metodologi Penelitian)
|
|||||||||||||||
8.
|
Observasi
|
|||||||||||||||
9.
|
BAB IV (Pengolahan Data)
|
|||||||||||||||
10.
|
BAB V (Kesimpulan dan Saran)
|
|||||||||||||||
11.
|
Pra Sidang Skripsi
|
|||||||||||||||
12.
|
Ujian Sidang
|
C.
FOKUS PENELITIAN
Penelitian ini difokuskan pada penerapan gaya mengajar
Divergen dalam pembelajaran aktivitas
permainan sepakbola di SMA Negeri 1 Pangalengan
D.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dipergunakan pada penelitian ini
adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK), hal yang berkaitan dengan PTK telah
dijelaskan pada BAB II.
E.
LANGKAH – LANGKAH PENELITIAN
Merujuk pada langkah – langkah PTK seperti yang
dikemukakan Arikunto (2008:16) bahwa dalam penelitian tindakan kelas “terdapat
empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu 1. Perencanaan, 2. Pelaksanaan, 3.
Pengamatan dan 4. Refleksi.” Dalam kaitannya dengan penelitian ini dikemukakan
langkah penelitian sebagai berikut:
a.
Observasi Awal
Adalah kegiatan pertama peneliti untuk melihat permasalahan pembelajaran
Penjas, khususnya pembelajaran aktivitas permainan sepakbola yang dilaksanakan
di SMA Negeri 1 Pangalengan. Maksud observasi adalah untuk mengamati kegiatan
pembelajaran dan menganalisis masalah – masalah yang terkait dengan fokus
penelitian. Fokus masalah yang di teliti atau yang diobservasi meliputi
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, gaya / metode mengajar yang
digunakan oleh guru, respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran, interaksi –
interaksi akademik yang terjadi sebagai akibat tindakan yang diberikan oleh
guru dan sarana prasarana pendukung pembelajaran yang terdapat di sekolah yang
dijadikan tempat penelitian.
Data – data yang terkait dengan fokus penelitian dicatat dalam catatan
lapangan yang dijadikan data untuk pembahasan dan dituangkan dalam wujud Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Data hasil pengamatan tersebut, yang berupa
masalah – masalah yang teridentifikasi, selanjutnya dijadikan pembuatan pedoman
perencanaan perbaikan dalam pembelajaran tahap berikutnya. Dalam penelitian
ini, salah satu perencanaan yang dibuat oleh peneliti adalah RPP aktivitas
permainan sepakbola. Sesuai dengan batasan masalah yang dikaji dalam penelitian
ini, maka RPP yang dibuat berorientasi pada penerapan gaya mengajar divergent.
b.
perencanaan (plan)
Pada tahap perencaanaan dibuat tahapan – tahapan pelaksanaan pembelajaran
yang akan dilakukan peneliti dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola
yaitu:
- Mempelajari Permendiknas nomor 41 tahun 2007, kurikulum
KTSP 2006, silabus dan program pembelajaran yang ada di SMA Negeri 1
Pangalengan, untuk dijadikan pedoman pembuatan RPP aktivitas permainan
sepakbola ,dengan menggunakan gaya mengajar divergent
- Membuat rancangan RPP aktivitas permainan sepakbola
dengan menggunakan gaya mengajar divergent
- Mendiskusikan rancangan RPP dengan pembimbing
- Mempersiapkan peralatan yang akan dipergunakan
dalam pembelajaran.
c.
Pelaksanaan (act)
Dalam tahap pelaksaan ini, peneliti membuat dan melaksanakan:
- Pembelajaran
aktivitas permainan sepakbola ,dengan menggunakan gaya mengajar divergent, yang sudah dirancang
pada RPP. Selanjutnya untuk dilaksanakan.
- Pada
penerapan RPP dengan gaya mengajar divergen
ini, peneliti menjadi pengajar
dan orserver, yang bertugas untuk mengambil foto – foto kegiatan
penelitian, mencatat kegiatan penelitian, dan mengisi lembar observasi.
- Peneliti
mencatat permasalahan yang muncul saat perlaksanaan pembelajaran,
selanjutnya catatan ini disebut dengan catatan lapangan.
d.
Perbaikan (reflection)
Refleksi merupakan tahap yang dilaksanakan setelah tahap pelaksanaan.
Pada tahap ini peneliti mengkaji, melihat dan mengevaluasi hasil – hasil atau
respons dari tindakan yang telah dicatat dalam catatan lapangan. Tahap reflesi
adalah bagian yang sangat penting dari PTK. Refleksi yang ditekankan adalah
evaluasi diri peneliti selaku guru dan hasil yang terjadi, yaitu berupa
perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.proses refleksi ini juga dikonsultasikan
dengan pembimbing.
Jika hasil refleksi sudah terlihat dampak yang diharapkan oleh peneliti,
termasuk relevansi ketercapaian tujuan penelitian, maka disimpulkan penelitian
tindakan kelas dianggap cukup. Tapi jika hasil refleksi pada siklus pertama
belum terlihat dampak yang diharapkan, maka penelitian tindakan kelas
dilanjutkan dengan penelitian pada siklus ke II.
F.
Data Penelitian
1. Sumber data:
Data – data yang digunakan untuk
analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini bersumber dari:
·
Guru dalam hal ini peneliti
sendiri
·
Respons siswa khususnya
dalam hubungannya dengan diterapkannya gaya mengajar divergent dalam
pembelajaran aktivitas permainan sepakbola oleh peneliti/ guru
·
Data observer
·
Lingkungan sekolah SMA
Negeri 1 Pangalengan yang dijadikan tempat penelitian
2. Jenis data:
Jenis data dalam penelitian ini berupa data deskripsi kualitatif tentang
permasalahan dan cara pemecahan masalah yang teridentifikasi oleh peneliti,
dalam bentuk catatan lapangan, dokumentasi (foto) dan hasil refleksi dari tiap
pelaksanaan pembelajaran.
3. Alat Pengumpul Data:
Alat pengumpulan
data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah :
·
Catatan lapangan dan
catatan observer
·
Alat observasi
·
Dokumnetasi (Video dan
foto)
G.
TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data merupakan lanjutan dari tahap
pengumpulan data. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dari suatu
penelitian. Oleh sebab itu, peneliti harus memahami teknik analisis data agar
hasil penelitiannya mempunyai nilai ilmiah yang baik. Dalam penelitian ini teknik
analisis data yang dipergunakan adalah dengan cara triangulasi data.
Triangulasi yaitu menggunakan berbagai sumber data untuk meningkatkan kualitas
penilaian seperti menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan,
menyimpulkan data yang terkumpul. Triangulasi data dilakukan antara peneliti,
dosen pembimbing dan mitra peneliti serta menggunakan dokumentasi kegiatan
pembelajaran.
Selanjutnya data yang diperoleh direduksi lalu dikelompokan.
Hasil yang didapat berupa kebiasaan – kebiasaan yang muncul pada pembelajaran
aktivitas permainan sepakbola, selanjutnya dideskripsikan sehingga menjadi
suatu kesimpulan.
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Latar Penelitian
Di dalam penelitian tindakan diperlukan
serangkaian tahapan, sehingga apa yang telah dilaksanakan dapat memenuhi apa
yang diharapkan mengenai pembelajaran Penjas di SMA Negeri 1 Pangalengan. Sebelum
melaksanakan penelitian, permasalahan pembelajaran yang ditemukan harus dicari
deskripsinya terlebih dahulu dan dicari solusinya. Oleh karena itu tahapan yang
dilakukan adalah dengan melakukan observasi awal. Observasi yang dilaksanakan
terfokus pada aspek – aspek dalam proses pembelajaran Penjaskes di SMA Negeri 1
Pangalengan. Hasil observasi awal ini dijadikan sebagai bagian dari siklus –
siklus selama penelitian tindakan.
SMA Negeri 1 Pangalengan terletak di
Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. SMA Negeri 1 Pangalengan merupakan
salah satu sekolah negeri di Kec. Pangalengan. SMA Negeri 1 Pangalengan
memiliki 16 ruang kelas, 4 ruang kantor, 1 perpustakaan, 1 lab komputer, 1 lab
bahasa, 3 lab IPA, 1 Masjid 3 lapangan olahraga yang terdiri dari lapangan
basket, sepakbola, dan voli.
Pembelajaran Penjas di SMA Negeri
1 Pangalengan, karena pembelajaran dilaksanakan terpisah, kelas yang
dipergunakan dalam penelitian adalah putra
XI IPA 1,2 dan 3 dilaksanakan pada hari kamis pukul 13.00 – 14.20 dan
guru mata pelajaran Penjas adalah Tate Sutanto S.Pd, beliau adalah lulusan dari
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dari FPOK dan jurusan PKO, beliau lulus
pada tahun 1999.
B.
Permasalahan Yang
Teridentifikasi
Pada observasi awal yang
dilakukan, peneliti mendapatkan beberapa catatan di lapangan tentang kegiatan
pembelajaran yang berlangsung yakni aktivitas siswa yang kurang dalam proses
pembelajaran penjaskes. Dari observasi awal tersebut, terdapat beberapa catatan
yang perlu dibahas dalam penelitian ini, catatan – catatan tersebut secara
garis besar telah ditulis dalam catatan lapangan (lampiran ke 4.2). Secara
singkat catatan – catatan lapangan tersebut, dipaparkan di bawah ini sebagai
berikut:
a.
Guru terlihat melatih siswa
untuk melakukan gerakan, sampai siswa menguasai gerakan tersebut.
b.
Adanya siswa yang
menggunakan HP saat pembelajaran berlangsung.
c.
Kurang aktifnya siswa
terlihat dengan banyaknya siswa yang diam menunggu giliran.
d.
Penggunaan peralatan dan
lapangan yang tidak optimal, sehingga siswa banyak menunggu giliran pada saat
pembelajaran penjaskes berlangsung.
Dari beberapa catatan
tersebut di atas, peneliti menyimpulkan beberapa kemungkinan yang menjadi
penyebab dari pembelajaran yang digambarkan tersebut di atas sebagai berikut:
1.
Pemahaman konsep penjas dari
guru yang bersangkutan tereduksi menjadi melatih gerak padahal penjas itu
memberikan layanan yang berbentuk layanan gerak yang dijadikan sebagai media
pembelajaran.
2.
Pemahaman konsep penjas
tentang menumbuhkembangkan aspek psikomotor, kognitif dan afektif yang masih
terpisah, sehingga kemungkinan guru hanya focus dalam mengembangkan aspek
psikomotor dan afektifsaat pembelajaran di lapangan dan memberikan aspek
kognitif pada saat teori di dalam kelas.
Padahal pembelajaran Penjaskes harus melingkupi semua aspek mulai dari
aspek afektif, psikomotor, dan kognitif.
3.
Dari 2 kali pertemuan itu,
guru masih menekankan pada penguasaan teknis, ada kemungkinan guru belum
mempelajari beberapa pendekatan pembelajaran yang bisa dipergunakan. Jika
dilihat dari latar belakang pendidikan bapak Tate Sutanto S.Pd yang merupakan
lulusan PKO UPI, mungkin guru tersebut belum mempelajari model – model
pembelajaran yang bisa diterapkan, karena model – model pendekatan pembelajaran
baru terakomodasi dalam kurikulum PJKR tahun 2007.
4.
Guru telah mengetahui
beberapa metode dan gaya mengajar, dan tidak sempat untuk mempraktikannya dalam
kegiatan pembelajaran.
5.
Kurangnya pengawasan dari
guru karena jumlah siswa yang banyak, sehingga guru terfokus pada memberikan
instruksi tanpa dapat memperhatikan seluruh siswa, sehingga ada siswa yang menggunakan
HP tanpa sepengetahuan guru ini juga kemungkinan disebabkan oleh kurang
tegasnya peraturan yang diberikan kepada siswa saat pembelajaran.
6.
Pengaturan siswa saat
pembelajaran yang kurang optimal dan kurang variatif, sehingga membuat siswa kurang tertarik untuk mengikuti
pembelajaran dengan sungguh - sungguh dan mengakibatkan siswa mejadi malas
bergerak saat pembelajaran.
Hasil observasi ini dijadikan acuan bagi peneliti untuk
memperbaiki kegiatan pembelajaran, guna meningkatkan kreatifitas, keaktifan dan
minat siswa dalam mengikuti pembelajaran aktivitas permainan sepakbola dan
selanjutnya dijadikan acuan untuk menyusun perencanaan.
C.
Perencanaan
Setelah
melakukan observasi awal, ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam
melaksanakan penelitian tindakan ini. Beberapa hal yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Mempelajari PERMENDIKNAS (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional)
No. 22 Tahun 2006 yang mengenai SI (standar isi) dan No 23 tahun 2007 tentang SKL
(Standar Kompetensi lulusan) yang dijadikan pedoman dalam pembuatan RPP. SKL
merupakan standar yang harus dicapai oleh siswa yang meliputi sikap,
pengetahuan dan keterampilan. SI adalah fondasi dari kurikulum, SK (standar
kompetensi) dan KD (kompetensi dasar) setiap mata pelajaran. Kurikulum adalah
rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi dan bahan ajar serta tata cara yang
dipergunakan sebagai pedoman kegiatan pembelajaran dalam mencapai suatu tujuan
tiap mata pelajaran. KTSP adalah kurikulum yang ada disetiap satuan pendidikan
dan disusun serta dilaksanakan dimasing – masing satuan pendidikan. KTSP
terdiri dari tujuan pendidikan di tiap tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan
silabus. Silabus adalah rencana
pembelajaran pada suatu mata pelajaran yang terdiri dari standar kompetensi,
kompetensi dasar, indicator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, suber belajaran dan
penilaian/ evaluasi. Komponen – komponen tersebut merupakan dasr dalam
mengembangkan RPP. Silabus dan RPP
memiliki kesamaan yaitu terdapat pada standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang merupakan dasar materi dari kegiatan pembelajaran yang akan diberikan
kepada siswa. Perbedaan antara silabus dan RPP adalah ruang lingkup pembahasan
dimana silabus lebih umum dan tidak menggambarkan/ menerangkan kegiatan
pembelajaran secara terperinci seperti dalam RPP, sedangkan RPP merupakan
pengembangan silabus.
Di bawah ini merupakan keterangan mengenai silabus dan komponen –
komponen yang tercakup di dalam silabus:
a.
Standar kompetensi merupakan
rumusan untuk setiap kegiatan pembelajaran, tiap semester, pada tiap tingkatan
dan jenjang pendidikan dan sudah tersurat dalam standar isi KTSP yang
ditetapkan oleh DEPDIKNAS.
b.
Kompetensi dasar cakupannya
lebih sempit dari standar kompetensi. Kompetensi dasar mengacu pada standar
kompetensi dan sesuai dengan kemampuan sekolah yang bersangkutan.
c.
Indikator, merupakan acuan
pencapaian kompetensi dasar yang dapat diukur dengan adanya perubahan perilaku
yang meliputi perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Indicator setiap
satuan pendidikan berbeda – beda tergantung karakteristik peserta didik dan
dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diobservasi.
d.
Tujuan pembelajaran,
merupakan penggambaran proses pembelajaran yang dikembangkan oleh guru, sebagai
acuan tercapainya hasil belajar yang diharapkan oleh peserta didik. Tujuan
pembelajaran harus meliputi dimensi afektif, kognitif dan psikomotor yang
merupakan dimensi – dimensi kepribadian manusia, sehingga tidak hanya
berkembang di dalam pembelajaran juga tumbuh kembang di lingkungan tempat
pesertsa didik bersosialisasi.
e.
Materi, terdapat 8 kategori
pembelajaran pendidikan jasmani yang tertuang dalam standar isi kurikulum KTSP
2006 yang berbentuk aktivitas – aktivitas pembelajaran yaitu: aktivitas
olahraga dan permainan, aktivitas ritmik, aktivitas akuatik, aktivitas
pengembangan, aktivitas senam, aktivitas pendidikan luar kelas dan kesehatan.
Pada penelitian ini yang dipergunakan adalah aktivitas olahraga dan permainan
dalam bentuk pembelajaran aktivitas permainan sepakbola. Aktivitas pembelajaran
ini merupakan penjabaran dari aktivitas permainan olahraga yang telah ada dalam
kurikulum dan disesuaikan dengan karakteristik sekolah.
f.
Strategi/gaya mengajar
merupakan suatu perencanaan yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk mencapai
tujuan secara maksimal. Terdapat beberapa strategi/gaya mengajar
diantaranya: 1. Komando, 2. Divergen, 3. Tugas, 4. Pemecahan
masalah.
g.
Kegiatan pembelajaran, di
dalam RPP terdapat kegiatan pembelajaran, yang dimaksud kegiatan pembelajaran
tersebut adalah usaha pencapaian kompetensi dasar yang telah dirumuskan melalui
langkah – langkah pembelajaran yang dilaksanakan. Langkah – langkah
pembelajaran tersebut harus disusun secara sistematis dari kegiatan yang mudah
ke yang sulit, dari tingkat yang rendah hingga tingkat yang tinggi. Sesuai
dengan gaya mengajar yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu
menggunakan gaya mengajar divergen dan
langkah – langkah yang dipergunakan tiap pertemuan adalah sebagai berikut:
1)
Persiapan guru penjas
sebelum pembelajaran
a.
Menyiapkan perangkat
pembelajaran (RPP, lembar persensi, lembar penilaian, lembar tugas, catatan
lapangan, dan lembar observasi)
b.
Menyiapkan peralatan
pembelajaran (bola, cone dan tali)
c.
Menyiapkan pertanyaan –
pertanyaan untuk mengelaborasi respon siswa.
2)
Pelaksanaan pembelajaran
a.
Pendahuluan atau pembuka
b.
Mengumpulkan siswa, membuka
pembelajaran, memimpin do’a, persensi, menyampaikan ruang lingkup materi dan
tujuan pembelajaran.
-
Membagi siswa ke dalam kelompok pemanasan dan memberi tugas kepada tiap
kelompok untuk melakukan pemanasan dengan cara mereka.
c.
Kegiatan inti
-
Memberikan petunjuk tata cara melakukan permainan pendekatan taktis
-
Memberikan petunjuk tata cara melakukan permainan penguasaan bola.
-
Membimbing dan memotivasi siswa untuk kreatif melakukan gerakan mengontrol,
mengoper, mendukung rekan yang pembawa
bola.
-
Memberikan reward kepada siswa
yang melakukan gerak mengontrol, mengoper, dan mendukung rekan pembawa bola yang kreatif.
-
Memberikan funishment kepada
siswa yang menunjukan gerak mengontrol, mengoper , dan mendukung rekan pembawa bola yang tidak relevan dengan
situasi permainan
-
Memberikan pertanyaan elaborasi
untuk merangsang respons kreatif siswa yang relevan dengan situasi
permainan
-
Guru menguatkan respons siswa yang tepat dengan cara dilatih/ diulang
-
Mendorong siswa untuk bekerjasama, menghargai lawan dan kawan dalam
permainan dan berani mengungkapkan pendapatnya
d.
Penutup
-
Memberikan evluasi kepada
siswa tentang kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan dengan cara lisan
dan random (guru memilih atau menunjuk siswa)
-
Memberikan umpan balik kepada siswa
-
Memberikan refleksi tentang penerapan nilai – nilai dalam dimensi
kognitif, psikomotor dan afektif yang terdapat dalam pembelajaran kedalam
kehidapan sehari - hari
-
Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdo’a
h.
Sumber belajar adalah
berbagai hal yang dapat digunakan sebagai bahan ajar atau bahan belajar bagi
siswa yang meliputi: guru, buku, lapangandan peralatan yang berhubungan dengan
pembelajaran sebagai sarana penunjang kegiatan pembelajaran.
2. Penilaian, untuk penilaian disesuaikan pada indicator dan tujuan
pencapaian kompetensi yang mengacu pada standar penilaian yang meliputi
penilaian proses dan hasil belajar.
Dalam penilaian dapat dipergunakan teknik tes dan non – tes, kedua
teknik penilaian tersebut harus berkaitan dengan dimensi afektif, kognitif dna
psikomotor. Untuk tes dipergunakan dalam penilaian dimensi kognitif yang
berbentuk pertanyaan – pertanyaan yang diberikan secara random kepada siswa.
Penilaian non – tes dilakukan dengan cara observasi. Observasi
dilakukan pada dimensi afektif dan psikomotor yang dilakukan selama dan setelah
pembelajaran berlangsung. Observasi afektif yang diamati adalah perilaku atau
sikap siswa selama dan sesudah pembelajaran, untuk observasi psikomotor yang
diamati adalah perilaku motorik yang ditampilkan oleh siswa.
3. Mempelajari buku yang berkaitan dengan sepakbola dan pendekatan
taktis sepakbola
4. Membuat RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) dengan menggunkan
gaya mengajar divergent dalam
pembelajaran aktivitas permainan sepakbola dengan menggunakan pendekatan taktis
yang telah terlampir.
D.
Uraian tindakan
a.
Perencanaan tindakan I
Dari uraian perencanaan secara garis besar di atas maka peneliti
membuat perencanaan dalam tindakan I sebagai berikut:
1.
Membuat RPP menggunakan gaya
mengajar divergent pada pembelajaran
aktivitas permainan sepakbola dengan pendekatan taktis dan materi pembelajaran
permainan penguasaan bola 3 vs 3 (lampiran 4.1).
2.
Mempersiapkan peralatan
pembelajaran yaitu bola, peluit, cone, tali, lembar persensi, catatan lapangan,
catatan observasi dan format penilaian secara observasi.
b.
Pelaksanaan tindakan I
Pada pelaksanaan tindakan ini, peneliti
juga berperan sebagi guru dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang
berlangsung mengacu pada perencanaan yang telah dibuat dengan tujuan menerapkan
gaya mengajar divergent dalam
pembelajaran aktivitas permainan sepakbola. Pembelajaran berlangsung pada siswa
putra kelas XI IPA 1,2 dan 3 pada hari senin tanggal 8 Oktober 2012 dari pukul
14.00 sampai pukul 15.15 WIB di lapangan basket SMA 1 Pangalengan, penggunaan
lapang basket dikarenakan lapangan sepakbola yang tidak layak pakai dengan
kondisi rumput yang melebihi mata kaki, sehingga dapat membahayakan siswa.
Pertama – tama peneliti membuat lapang
basket menjadi 6 lapangan kecil dan menyiapkan bola yang akan dipakai, setelah
itu peneliti mengumpulkan siswa di lapangan, berdo’a, persensi, apersepsi,
menyampaikan ruang lingkup materi pembelajaran aktivitas permainan sepakbola
dan menyampaikan tujuan pembelajaran. setelah membuka pembelajaran peneliti
membagi siswa menjadi 8 kelompok dikarenakan ada 10 orang siswa yang tidak
hadir maka peneliti membagi siswa menjadi 6 kelompok, dan memerintahkan siswa
untuk melakukan pemanasan per kelompok di lapangan yang sudah dipersiapkan.
Pada kegiatan pemanasan siswa terlihat kebingungan dan banyak yang diam dan
tidak melakukan pemanasan, lalu peneliti memberikan pertanyaan untuk merangsang
siswa, setelah diberikan pertanyaan beberapa kelompok mulai aktif melakukan
pemanasan. Salah satu kelompok melakukan pemanasan dengan cara main kucing –
kucingan dan yang lain hanya melakukan pemanasan dinamis dan statis.
Setelah 10 menit pemanasan, peneliti
menghentikan kegiatan dan mulai menjelaskan peraturan permainan penguasaan bola
3 vs 3 yang pertama. Setelah menjelaskan peneliti menyuruh siswa untuk memulai permainan.
Siswa terlihat antusias dalam melakukan permainan penguasaan bola namun hampir
seluruh kelompok terlihat kurang aktif dalam melakukan pergerakan dalam
mendukung pembawa bola sehingga peneliti memberikan pertanyaan untuk
mengelaborasi dan merangsang respon siswa, setelah diberi pertanyaan siswa
mulai aktif bergerak dalam mendukung pembawa bola. Dalam hal passing dan
mengontrol bola siswa terlihat aktif dan kreatif melakukan gerakan.
Setelah 20 menit, peneliti berkeliling
melihat dan mengamati tiap kelompok yang sedang melakukan permainan penguasaan
bola, peneliti menghampiri satu per satu kelompok dan melihat ada beberapa
siswa dari tiap kelompok yang melakukan gerakan mengoper, mengontrol dan
gerakan mendukung pembawa bola yang kreatif, lalu peneliti menghentikan
permainan dan memerintahkan kepada siswa – siswa tersebut untuk mempraktekan
gerakan mengoper, mengontrol dan mendukung rekan pembawa bola, sehingga dapat
dilihat oleh siswa yang lain dan dapat melatih gerakan tersebut untuk menunjang
pergerakan pada permainan selanjutnya. Dan seterusnya hingga permainan
penguasaan bola yang ke dua.
Setelah kedua permainan penguasaan bola
dipraktekan peneliti mengumpulkan siswa dan memberikan motivasi kepada siswa.
Peneliti memberikan refleksi dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.
Peneliti memberikan evaluasi dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa
secara random. Setelah itu absensi, berdo’a dan bubar.
c.
Hasil Pengamatan, observasi refleksi, dan rencana perbaikan
1.
Hasil pengamatan dan Observasi
Pada pengamatan yang dilakukan, peneliti
mendapatkan beberapa catatan di lapangan tentang kegiatan pembelajaran yang
berlangsung. Dari pengamatan tersebut, terdapat beberapa catatan yang perlu
dibahas, catatan – catatan tersebut secara garis besar telah ditulis dalam
catatan lapangan (lampiran ke 4.3). Secara singkat catatan – catatan lapangan
tersebut, dipaparkan di bawah ini sebagai berikut:
a.
Kurang jelasnya suara
peneliti sehingga siswa menginterupsi peneliti saat menyampaikan materi.
b.
Siswa melakukan operan tidak
akurat sehingga bola keluar lapangan permainannya dan membahayakan pada
kelompok lain karena bola masuk ke lapangan kelompok lain.
c.
Adanya 10 orang siswa yang
tidak hadir karena dispensasi kegiatan organisasi.
d.
Siswa pasif dalam melakukan
pemanasan.
e.
Siswa banyak diam dan kurang
aktif dalam melakukan permainan
Disamping hasil catatan – catatan lapangan tersebut, pada bagian
ini digambarkan pula skor rata – rata setiap indikator keberhasilan proses
pembelajaran hasil observasi pada setiap dimensi/aspek yaitu sbb:
a.
Skor rata – rata tiap
indikator untuk aspek afektif dan social :
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah 5,2
-
Skor rata – rata dari indikator
2 adalah 10
-
Skor rata – rata dari indikator
3 adalah 10
-
Skor rata – rata dari indikator
4 adalah 7.1
-
Skor rata – rata dari indikator
5 adalah 10
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator adalah 8.68
b.
Skor rata – rata tiap
indikator untuk aspek psikomotor:
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah 7
-
Skor rata – rata dari indikator
2 adalah 7
-
Skor rata – rata dari indikator
3 adalah 7
-
Skor rata – rata dari indikator
4 adalah 6
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator adalah 6.50
c.
Skor rata – rata tiap
indikator untuk aspek kognitif:
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah 6
-
Skor rata – rata dari indikator
2 adalah 6.5
-
Skor rata – rata dari indikator
3 adalah 6.5
-
Skor rata – rata dari indikator
4 adalah 6
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator adalah 6.25
2.
Hasil Refleksi
Dari beberapa catatan tersebut di atas, peneliti menyimpulkan
beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab dari pembelajaran yang digambarkan
tersebut di atas sebagai berikut:
1.
Kurangnya latihan dalam
penyampaian materi oleh peneliti sehingga kurang jelas dalam menyampaikan
materi..
2.
Pengaturan siswa yang kurang
baik sehingga pada saat menjelaskan materi suara peneliti tidak terdengar oleh
siswa sehingga banyak yang menginterupsi peneliti.
3.
Kurangnya jam mengajar atau
latihan sebelum praktek yang mengakibatkan kegugupan pada peneliti sehingga
dalam penyampaian materi kurang jelas.
4.
Sempitnya lapangan dan
kurang tegasnya peraturan sehingga banyak siswa yang membiarkan bola keluar
lapangan permainannya dan masuk ke lapangan permainan kelompok lain
5.
Kurang jelasnya instruksi
dari peneliti sehingga siswa kurang faham apa yang diinstruksikan dan
mengakibatkan kurang aktif dalam melakukan pemanasan.
6.
Siswa yang terbiasa dengan
model pembelajaran teknis, sehingga pada saat diberikan kebebasan untuk
melakukan pemanasan secara kreatif, siswa kebingungan karena tidak adanya
contoh dari guru.
7.
Tidak terbiasanya siswa
dengan gaya mengajar divergen, sehingga siswa terlihat kurang aktif dan kreatif
dalam melakukan permainan, kemungkinan ini terjadi karena terbiasa melakukan
pembelajaran dengan cara melatih teknik sehingga dalam aplikasi permaian siswa
terpaku pada beberapa teknik pasing saja.
.
Berkaitan dengan variable yang dikaji dalam penelitian ini adalah
implementasi gaya mengajar, mka rencana perbaikan PBM berikutnya terutama
difokuskan pada meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa, sebagai ciri dari
penerapan gaya mengajar divergent.
Hal – hal yang diperbaiki dalam PBM berikutnya sebagai hasil refleksi dan focus
penelitian sebagai berikut.
3.
Perencanaan tindakan II
Berdasarkan hasil refleksi dari pengamatan dan catatan lapangan
dari hasil proses pembelajaran yang telah dilakukan pada tindakan ke I,
selanjutnya peneliti membuat perencanaan untuk pelaksanaan tindakan ke II dalam
pembelajaran aktivitas sepakbola dengan menggunakan gaya mengajar divergen. Pelaksanaan tindakan ke II akan disesuaikan
dengan permasalahan yang muncul pada pelaksanaan tindakan pembelajaran yang I,
dengan:
1.
Berlatih penyampaian materi
sebelum pembelajaran dimulai, sehingga pada saat praktek dilaksanakan peneliti
dapat menyampaikan materi dengan jelas dan tidak terputus – putus.
2.
Mempersiapkan kelompok siswa
yang bervariasi untuk mengantisipasi jika banyak siswa yang tidak hadir pada
praktek ke 2.
3.
Memberikan gambaran
pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar divergen kepada siswa pada saat kegiatan pendahuluan sehingga siswa
terbiasa untuk lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
4.
Mempertegas peraturan, agar
siswa bias bermain di lapangannya tanpa
mengganggu lapangan kelompok lain dengan memberikan hukuman jika salah
satu kelompok masuk ke lapangan kelompok lain.
5.
Mempersiapkan peralatan dan
bentuk lapangan yang lebih jelas untuk tiap kelompok agar tidak ada kelompok
yang bermain memasuki lapangan kelompok lain.
Semua
perencanaan tersebut dituangkan dalam RPP (lampiran 4.4) dengan menggunakan
gaya mengajar divergen dengan materi
pembelajaran aktivitas permainan sepakbola dengan pedekatan taktis.
a.
Pelaksanaan tindakan II
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung mengacu pada perencanaan
dari hasil refleksi dan observasi yang telah dibuat. Pembelajaran berlangsung
pada siswa putra kelas XI IPA 1,2 dan 3 pada hari senin tanggal 15 Oktober 2012
dari pukul 14.00 sampai pukul 15.15 WIB.
Pertama – tama peneliti membuat lapang basket menjadi 6 bagian
lapangan kecil dan menyiapkan bola yang akan dipakai, setelah itu peneliti
mengumpulkan siswa di lapangan, berdo’a, persensi, apersepsi, menyampaikan
ruang lingkup materi pembelajaran aktivitas permainan sepakbola dan
menyampaikan tujuan pembelajaran. setelah membuka pembelajaran peneliti membagi
siswa menjadi 8 kelompok dikarenakan ada 15 orang siswa yang tidak hadir maka
peneliti membagi siswa menjadi 6 kelompok, dan memerintahkan siswa untuk
melakukan pemanasan per kelompok di lapangan yang sudah dipersiapkan.
Pada kegiatan pemanasan tiap kelompok melakukan pemanasan dengan
caranya masing – masing, kelompok 1 melakukan pemanasan dengan kucing –
kucingan dan dilanjutkan dengan pemanasan dinamis, kelompok 2 melakukan
pemanasan dinamis lalu dilanjutkan dengan pemanasan statis, melakukan pemanasan
dengan cara pemanasan statis dan kucing 6 titik, kelompom 4 melakukan pemanasan
statis, dinamis dan jogging, kelompok 5 pemanasan dengan jogging sambil
melakukan pemanasan dinamis, kelompok 6 pemanasan dengan statis, dinamis dan
dilanjutkan dengna permainan menjala ikan.
Setelah 10 menit pemanasan, peneliti menghentikan kegiatan dan
mulai menjelaskan peraturan permainan penguasaan bola 3 vs 3 yang pertama.
Setelah menjelaskan peneliti menyuruh siswa untuk memulai permainan. Pada
kelompok satu siswa aktif bergerak namun tim lawan dapat menutup pergerakan, kelompok
2 dua orang tim penguasa bola melakukan beberapa pergerakan membuka ruang,
kelompok 3 tim penguasa bola kurang aktif dan bola dapat direbut oleh lawan,
kelompok 4 tim salah satu siswa melakukan 3 gerakan operan yang berbeda. Di
kelompok 5 salah satu siswa melakukan 3 gerakan passing yang berbeda, dan
kelompok 6 salah satu siswa melakukan 4 passing yang berbbeda.
Setelah 20 menit, peneliti berkeliling melihat dan mengamati tiap
kelompok yang sedang melakukan permainan penguasaan bola, peneliti menghampiri
satu per satu kelompok dan melihat ada beberapa siswa dari tiap kelompok yang
melakukan gerakan mengoper, mengontrol dan gerakan mendukung pembawa bola yang
kreatif, lalu peneliti menghentikan permainan dan memerintahkan kepada siswa –
siswa tersebut untuk mempraktekan gerakan mengoper, mengontrol dan mendukung
rekan pembawa bola, sehingga dapat dilihat oleh siswa yang lain dan dapat
melatih gerakan tersebut untuk menunjang pergerakan pada permainan selanjutnya.
Dan seterusnya hingga permainan penguasaan bola yang ke dua.
Setelah kedua permainan penguasaan bola dipraktekan peneliti
mengumpulkan siswa dan memberikan motivasi kepada siswa. Peneliti memberikan
refleksi dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Peneliti memberikan
evaluasi dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa secara random. Setelah
itu absensi, berdo’a dan bubar.
b.
Hasil Pengamatan, observasi refleksi, dan rencana perbaikan
1.
Hasil pengamatan dan observasi
Pada pengamatan yang dilakukan, peneliti mendapatkan beberapa
catatan di lapangan tentang kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Dari
pengamatan tersebut, terdapat beberapa catatan yang perlu dibahas, catatan –
catatan tersebut secara garis besar telah ditulis dalam catatan lapangan
(lampiran 4.5). Secara singkat catatan – catatan lapangan tersebut, dipaparkan
di bawah ini sebagai berikut:
a.
Banyaknya siswa tidak hadir.
b.
Kelompok yang terpecah,
sehingga sulit mengamati siswa.
c.
Siswa banyak diam dan kurang
aktif dalam melakukan permainan
Disamping hasil catatan – catatan lapangan tersebut, pada bagian
ini digambarkan pula skor rata – rata setiap indikator keberhasilan proses
pembelajaran hasil observasi pada setiap dimensi/aspek yaitu sbb:
a.
Skor rata – rata tiap
indikator untuk aspek afektif dan social
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah 8.9
-
Skor rata – rata dari indikator
2 adalah 8.6
-
Skor rata – rata dari indikator
3 adalah 9.1
-
Skor rata – rata dari indikator
4 adalah 8.6
-
Skor rata – rata dari indikator
5 adalah 8.9
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator adalah 8.81
- Skor rata – rata tiap indikator untuk aspek psikomotor:
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah 6.88
-
Skor rata – rata dari indikator
2 adalah 6.91
-
Skor rata – rata dari indikator
3 adalah 6.97
-
Skor rata – rata dari indikator
4 adalah 6.67
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator adalah 6.85
- Skor rata – rata tiap indikator untuk aspek kognitif:
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah 6
-
Skor rata – rata dari indikator
2 adalah 6.5
-
Skor rata – rata dari indicator
3 adalah 6.66
-
Skor rata – rata dari indicator
4 adalah 6.66
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator adalah 6.45
2.
Hasil refleksi
Dari beberapa catatan tersebut di atas,
peneliti menyimpulkan beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab dari
pembelajaran yang digambarkan tersebut di atas sebagai berikut:
1.
Kurangnya jam mengajar atau
latihan sebelum praktek yang mengakibatkan kegugupan pada peneliti sehingga
dalam penyampaian materi kurang jelas.
2.
Kurang jelasnya instruksi
dari peneliti sehingga siswa kurang faham apa yang diinstruksikan dan
mengakibatkan kurang aktif dalam melakukan pemanasan.
3.
Siswa yang terbiasa dengan
model pembelajaran teknis, sehingga pada saat diberikan kebebasan untuk
melakukan pemanasan secara kreatif, siswa kebingungan karena tidak adanya
contoh dari guru.
4.
Tidak terbiasanya siswa
dengan gaya mengajar divergen, sehingga siswa terlihat kurang aktif dan kreatif
dalam melakukan permainan, kemungkinan ini terjadi karena terbiasa melakukan
pembelajaran dengan cara melatih teknik sehingga dalam aplikasi permaian siswa
terpaku pada beberapa teknik pasing saja.
.
Hasil observasi ini akan dijadikan acuan bagi peneliti untuk
memperbaiki kegiatan pembelajaran, guna meningkatkan kreatifitas, keaktifan dan
minat siswa dalam mengikuti pembelajaran aktivitas permainan sepakbola dan
selanjutnya dijadikan acuan untuk menyusun perencanaan.
3.
Perencanaan tindakan III
Berdasarkan hasil refleksi dari pengamatan dan catatan lapangan
dari hasil proses pembelajaran yang telah dilakukan pada praktek ke II,
selanjutnya peneliti membuat perencanaan untuk pelaksanaan tindakan III dalam
pembelajaran aktivitas sepakbola dengan menggunakangaya mengajar divergen. Pelaksanaan tindakanIII akan disesuaikan
dengan permasalahan yang muncul pada pelaksanaan tindakan ke II, dengan
menyusun:
1.
Berlatih penyampaian materi
sebelum pembelajaran dimulai, sehingga pada saat praktek dilaksanakan peneliti
dapat menyampaikan materi dengan jelas dan tidak terputus – putus.
2.
Mempersiapkan kelompk siswa
yang bervariasi untuk mengantisipasi jika banyak siswa yang tidak hadir pada tindakan
ke III.
3.
Memberikan gambaran
pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar divergen kepada siswa pada saat kegiatan pendahuluan sehingga siswa
terbiasa untuk lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
4.
Mempertegas peraturan, agar
siswa bisa bermain di lapangannya tanpa
mengagnggu lapangan kelompok lain dengan memberikan hukuman jika salah
satu kelompok masuk ke lapangan kelompok lain.
5.
Mempersiapkan peralatan dan
bentuk lapangan yang lebih jelas untuk tiap kelompok agar tidak ada kelompok
yang bermain memasuki lapangan kelompok lain.
Semua perencanaan tersebut dituangkan
dalam bentuk RPP (lampiran 4.6) dengan menggunakan gaya mengajar divergen dengan materi pembelajaran
aktivitas permainan sepakbola dengan pedekatan taktis.
a.
Pelaksanaan tindakan III
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung
mengacu pada perencanaan dari hasil refleksi dan observasi tindakan II yang
telah dibuat. Pembelajaran berlangsung pada siswa putra kelas XI IPA 1,2 dan 3
pada hari senin tanggal 22 Oktober 2012 dari pukul 14.00 sampai pukul 15.15 WIB
sebelum pembelajaran turun hujan sehingga lapangan basah dan agak licin.
Pertama – tama peneliti membuat lapang
basket menjadi 6 bagian lapangan kecil dan menyiapkan bola yang akan dipakai,
setelah itu peneliti mengumpulkan siswa di lapangan, berdo’a, persensi,
apersepsi, menyampaikan ruang lingkup materi pembelajaran aktivitas permainan
sepakbola dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah membuka pembelajaran
peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok dikarenakan 8 orang siswa tidak hadir,
dan memerintahkan siswa untuk melakukan pemanasan per kelompok di lapangan yang
sudah dipersiapkan.
Pada kegiatan pemanasan tiap kelompok
melakukan pemanasan dengan caranya masing – masing, kelompok 1 melakukan
pemanasan dengan permainan semacam galah asin dengan pemanasan statis, kelompok
2 melakukan pemanasan dinamis dikombinasikan dengan jogging, kelompok 3
melakukan pemanasan dengan cara pemanasan statis dan kucing - kucingan,
kelompok 4 melakukan pemanasan statis dan dinamis, kelompok 5 pemanasan dengan
kucing- kucingan dan jogging.
Setelah 10 menit pemanasan, peneliti
menghentikan kegiatan dan mulai menjelaskan peraturan permainan penguasaan bola
4 vs 4 yang pertama. Setelah menjelaskan peneliti menyuruh siswa untuk memulai
permainan. Pada kelompok 1 siswa aktif bergerak dan salah satu siswa melakukan
6 gerakan passing yang berbeda, kelompok 2 dua salah satu siswa melakukan
dribbling dan pasing dengan 3 gerakan yang berbeda , kelompok 3 tim penguasa
bola kurang aktif dan bola dapat direbut oleh lawan dan begitu juga sebaliknya.
Kelompok 4 tim salah satu siswa dapat melewati 2 pemain lawan dan melakukan
operan dengan backhell. Di kelompok 5
salah satu siswa melakukan 3 gerakan passing yang berbeda.
Setelah 20 menit, peneliti berkeliling
melihat dan mengamati tiap kelompok yang sedang melakukan permainan penguasaan
bola, peneliti menghampiri satu per satu kelompok dan melihat ada beberapa
siswa dari tiap kelompok yang melakukan gerakan mengoper, mengontrol dan
gerakan mendukung pembawa bola yang kreatif, lalu peneliti menghentikan
permainan dan memerintahkan kepada siswa – siswa tersebut untuk mempraktekan
gerakan mengoper, mengontrol dan mendukung rekan pembawa bola, sehingga dapat
dilihat oleh siswa yang lain dan dapat melatih gerakan tersebut untuk menunjang
pergerakan pada permainan selanjutnya. Dan seterusnya hingga permainan
penguasaan bola yang ke dua.
Setelah kedua permainan penguasaan bola
dipraktekan peneliti mengumpulkan siswa dan memberikan motivasi kepada siswa.
Peneliti memberikan refleksi dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.
Peneliti memberikan evaluasi dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa
secara random. Setelah itu absensi, berdo’a dan bubar.
b.
Hasil pengamatan dan Observasi
Pada pengamatan yang dilakukan, peneliti
mendapatkan beberapa catatan di lapangan tentang kegiatan pembelajaran yang
berlangsung. Dari pengamatan tersebut, terdapat beberapa catatan yang perlu
dibahas, catatan – catatan tersebut secara garis besar telah ditulis dalam
catatan lapangan (lampiran 4.7). Secara singkat catatan – catatan lapangan
tersebut, dipaparkan di bawah ini sebagai berikut:
a.
Adanya 8 orang siswa yang
tidak hadir
b.
Penempatan corong di tiap
kelompok yang belum maksimal sehingga dapat menyulitkan siswa mencetak skor
karena slalu bergeser.
c.
Masih ada 2 kelompok yang
pasif dalam melakukan pemanasan.
d.
Hujan yang turun sebelum
pembelajaran, sehingga siswa pasif dan
berhati – hati dalam permainan.
Disamping hasil catatan – catatan lapangan tersebut, pada bagian
ini digambarkan pula skor rata – rata setiap indikator keberhasilan proses
pembelajaran hasil observasi pada setiap dimensi/aspek yaitu sbb:
a.
Skor rata – rata tiap
indikator untuk aspek afektif dan social:
-
Skor rata – rata dari
indikator 1 adalah 9.73
-
Skor rata – rata dari
indikator 2 adalah 9.76
-
Skor rata – rata dari
indikator 3 adalah 9.88
-
Skor rata – rata dari
indikator 4 adalah 10
-
Skor rata – rata dari
indikator 5 adalah 9.63
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator adalah 9.78
b.
Skor rata – rata tiap
indikator untuk aspek psikomotor:
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah 7.25
-
Skor rata – rata dari indikator
2 adalah 7.03
-
Skor rata – rata dari indikator
3 adalah 7.1
-
Skor rata – rata dari indikator
4 adalah 7.23
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator adalah 7.15
c.
Skor rata – rata tiap
indikator untuk aspek kognitif:
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah 7
-
Skor rata – rata dari indikator
2 adalah 7
-
Skor rata – rata dari indikator
3 adalah 7
-
Skor rata – rata dari indikator
4 adalah 6.5
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator adalah 6.87
c.
Hasil Refleksi
Dari beberapa catatan tersebut di atas, peneliti menyimpulkan
beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab dari pembelajaran yang digambarkan
tersebut di atas sebagai berikut:
1.
Petunjuk dari peneliti yang
kurang jelas dalam penempatan sehingga siswa menyimpan corong kurang tepat
sehingga seringkali bergeser karena tertendang.
2.
Lapangan yang sempit
sehingga siswa kebingungan untuk menyimpan corong dalam permainan.
3.
Pembagian kelompok yang baru,
sehingga kemungkinan siswa kembali canggung dalam mencari cara pemanasan yang
aktif dan kreatif.
4.
Siswa yang terbiasa dengan
model pembelajaran teknis, sehingga pada saat diberikan kebebasan untuk
melakukan pemanasan secara kreatif, siswa kebingungan karena tidak adanya
contoh dari guru.
Berkaitan dengan variable yang dikaji dalam penelitian ini adalah
implementasi gaya mengajar, mka rencana perbaikan PBM berikutnya terutama
difokuskan pada meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa, sebagai ciri dari
penerapan gaya mengajar divergent.
Hal – hal yang diperbaiki dalam PBM berikutnya sebagai hasil refleksi dan focus
penelitian sebagai berikut.
d.
Perencanaan tindakan IV
Berdasarkan hasil refleksi dari pengamatan dan catatan lapangan
dari hasil proses pembelajaran yang telah dilakukan pada tindakan ke III,
selanjutnya peneliti membuat perencanaan untuk pelaksanaan tindakan ke IV dalam
pembelajaran aktivitas sepakbola dengan menggunakan gaya mengajar divergen. Pelaksanaan tindakan ke IV akan disesuaikan
dengan permasalahan yang muncul pada pelaksanaan tindakan pembelajaran yang III,
dengan menyusun:
1.
Mempersiapkan kelompk siswa
yang bervariasi untuk mengantisipasi jika banyak siswa yang tidak hadir pada tindakan
ke IV.
2.
Memberikan gambaran
pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar divergen kepada siswa pada saat kegiatan pendahuluan.
3.
Mempertegas peraturan, agar
siswa bias bermain di lapangannya tanpa
mengganggu lapangan kelompok lain dengan memberikan hukuman jika salah
satu kelompok masuk ke lapangan kelompok lain.
4.
Mempersiapkan peralatan dan
bentuk lapangan yang lebih jelas untuk tiap kelompok agar tidak ada kelompok
yang bermain memasuki lapangan kelompok lain.
5.
Memberikan instruksi
penyimpanan corong dalam permainan sehingga dapat maksimal dipergunakan.
Semua perencanaan tersebut dituangkan dalam RPP (lampiran 4.8)
dengan menggunakan gaya mengajar divergen
dengan materi pembelajaran aktivitas permainan sepakbola dengan pedekatan
taktis.
a.
Pelaksanaan tindakan IV
Kegiatan
pembelajaran yang berlangsung mengacu pada perencanaan dari hasil refleksi dan
observasi tindakan III yang telah dibuat. Pembelajaran berlangsung pada siswa
putra kelas XI IPA 1,2 dan 3 pada hari senin tanggal 29 Oktober 2012 pukul
14.00.
Pertama –
tama peneliti membuat lapang basket menjadi 4 bagian lapangan, setelah itu
peneliti mengumpulkan siswa di lapangan, berdo’a, persensi, apersepsi,
menyampaikan ruang lingkup materi pembelajaran aktivitas permainan sepakbola
dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah membuka pembelajaran peneliti
membagi siswa menjadi 3 kelompok dikarenakan 21 orang siswa tidak hadir dan
memerintahkan siswa untuk melakukan pemanasan per kelompok di lapangan yang
sudah dipersiapkan.
Pada
kegiatan pemanasan tiap kelompok melakukan pemanasan dengan caranya masing –
masing, kelompok 1 melakukan pemanasan statis dan dinamis sambil jogging di
lapangannya. Kelompok 2 melakukan pemanasan dengan permainan hitam hijau dan
dilanjutkan dengan pemanasan dinamis dinamis.
Kelompok 3 melakukan pemanasan dengan cara kucing – kucingan dan
jogging..
Setelah 10
menit pemanasan, peneliti menghentikan kegiatan dan mulai menjelaskan peraturan
permainan penguasaan bola 4 vs 4 yang pertama dan membagikan corong. Setelah
menjelaskan peneliti menyuruh siswa untuk memulai permainan. Pada kelompok 1 empat
tim penguasa bola melakukan pasing dengan
cara yang berbeda secara bergantian, kelompok 2 dua salah satu siswa melakukan 4
gerakan membantu rekan pembawa bola, kelompok 3 tim seorang siswa melakukan
passing dengan 6 cara yang berbeda dan dua rekannya melakukan pergerakan untuk
membuka ruang. Lalu peneliti memberikan pertanyaan untuk mengelaborasi dan
merangsang respon siswa.
Setelah 18
menit, peneliti menghentikan permainan dan peneliti menghampiri kelompok dua dan
memerintahkan kepada siswa – siswa tersebut untuk mempraktekan gerakan
mengoper, mengontrol dan mendukung rekan pembawa bola, sehingga dapat dilihat
oleh siswa yang lain dan dapat melatih gerakan tersebut untuk menunjang
pergerakan pada permainan selanjutnya.
Setelah 10
menit drill teknik, peneliti
menghentikan kegiatan dan mulai menjelaskan peraturan permainan penguasaan bola
4 vs 4 yang kedua. Setelah menjelaskan peneliti menyuruh siswa untuk memulai
permainan. Pada kelompok 1 playmaker melakukan empat kali umpan 1 dan 2
sebanyak 4 kali dan dapat mencetak skor. Kelompok 2 playmaker melakukan 5
gerakan passing dalam permainan. Kelompok 3 tim bola sering terebut dan
kesulitan mencetak skor. Lalu peneliti memberikan pertanyaan untuk
mengelaborasi dan merangsang respon siswa.
Setelah
kedua permainan penguasaan bola dipraktekan peneliti mengumpulkan siswa dan
memberikan motivasi kepada siswa. Peneliti memberikan refleksi dari kegiatan
pembelajaran yang telah berlangsung. Peneliti memberikan evaluasi dengan cara
memberikan pertanyaan lisan kepada siswa secara random. Setelah itu absensi,
berdo’a dan bubar.
b.
Hasil pengamatan dan Observasi
Pada
pengamatan yang dilakukan, peneliti mendapatkan beberapa catatan di lapangan
tentang kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Dari pengamatan tersebut,
terdapat beberapa catatan yang perlu dibahas, catatan – catatan tersebut secara
garis besar telah ditulis dalam catatan lapangan (lampiran 4.9). Secara singkat
catatan – catatan lapangan tersebut, dipaparkan di bawah ini sebagai berikut:
a.
Adanya 21 orang siswa yang
tidak hadir
b.
Penempatan corong di tiap
kelompok yang belum maksimal sehingga dapat menyulitkan siswa mencetak skor
karena slalu bergeser.
c.
Masih ada 1 kelompok yang kurang
kreatif dalam melakukan permainan.
Disamping hasil catatan – catatan lapangan tersebut, pada bagian
ini digambarkan pula skor rata – rata setiap indikator keberhasilan proses
pembelajaran hasil observasi pada setiap dimensi/aspek yaitu sbb:
a.
Skor rata – rata tiap
indikator untuk aspek afektif dan social:
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah10
-
Skor rata – rata dari indikator
2 adalah 10
-
Skor rata – rata dari indikator
3 adalah 10
-
Skor rata – rata dari indikator
4 adalah 10
-
Skor rata – rata dari indikator
5 adalah 9
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator adalah 9.85
b.
Skor rata – rata tiap
indikator untuk aspek psikomotor:
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah 8
-
Skor rata – rata dari indikator
2 adalah 8
-
Skor rata – rata dari indikator
3 adalah 8
-
Skor rata – rata dari indikator
4 adalah 8
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator 8.05
c.
Skor rata – rata tiap
indikator untuk aspek kognitif:
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah 8
-
Skor rata – rata dari indikator
2 adalah 7
-
Skor rata – rata dari indikator
3 adalah 8
-
Skor rata – rata dari indikator
4 adalah 7.33
-
Skor rata – rata untuk keseluruhan
indikator adalah 7.58
c.
Hasil Refleksi
Dari beberapa catatan tersebut di atas, peneliti menyimpulkan
beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab dari pembelajaran yang digambarkan
tersebut di atas sebagai berikut:
1.
Kurangnya penekanan yang
diberikan kepada siswa oleh peneliti sebelum pembelajaran berlangsung, untuk
mengajak teman – temannya yang tidak hadir.
2.
Kurang tegasnya peraturan
yang diberikan peneliti sehingga siswa menganggap pembelajaran yang
dilaksanakan tidak termasuk kedalam absen harian siswa
3.
Siswa yang terbiasa dengan
model pembelajaran teknis, sehingga pada saat diberikan kebebasan untuk
melakukan pemanasan secara kreatif, siswa kebingungan karena tidak adanya
contoh dari guru.
Berkaitan dengan variable yang dikaji dalam penelitian ini adalah
implementasi gaya mengajar, mka rencana perbaikan PBM berikutnya terutama
difokuskan pada meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa, sebagai ciri dari
penerapan gaya mengajar divergent.
Hal – hal yang diperbaiki dalam PBM berikutnya sebagai hasil refleksi dan focus
penelitian sebagai berikut.
d.
Perencanaan tindakan V
Berdasarkan hasil refleksi dari pengamatan dan catatan lapangan
dari hasil proses pembelajaran yang telah dilakukan pada tindakan ke IV,
selanjutnya peneliti membuat perencanaan untuk pelaksanaan tindakan ke V dalam
pembelajaran aktivitas sepakbola dengan menggunakan gaya mengajar divergen. Pelaksanaan tindakan ke V akan disesuaikan
dengan permasalahan yang muncul pada pelaksanaan tindakan pembelajaran yang IV,
dengan menyusun:
1.
Mempersiapkan kelompok siswa
yang bervariasi untuk mengantisipasi jika banyak siswa yang tidak hadir pada tindakan
ke 5.
2.
Memberikan gambaran
pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar divergen kepada siswa pada saat kegiatan pendahuluan.
3.
Mempertegas peraturan agar
bahwa pembelajaran yang berlangsung tetap dihitung dalam absensi harian dan
nilai – nilai yang didapat dari observasi akan diserahkan juga kepada guru
penjaskes.
4.
Menghimbau siswa untuk
mengajak rekannya untuk hadir dalam kegiatan pembelajaran.
5.
Mempertegas peraturan, agar
siswa bisa bermain di lapangannya tanpa
mengganggu lapangan kelompok lain dengan memberikan hukuman jika salah
satu kelompok masuk ke lapangan kelompok lain.
6.
Mempersiapkan peralatan dan
bentuk lapangan yang lebih jelas untuk tiap kelompok agar tidak ada kelompok
yang bermain memasuki lapangan kelompok lain.
7.
Memberikan instruksi
penyimpanan corong dalam permainan sehingga dapat maksimal dipergunakan.
Semua perencanaan tersebut dituangkan dalam RPP (lampiran 4.8) menggunakan
gaya mengajar divergen dengan materi
pembelajaran aktivitas permainan sepakbola dengan pedekatan taktis.
a.
Pelaksanaan tindakan V
Kegiatan
pembelajaran yang berlangsung mengacu pada perencanaan dari hasil refleksi dan
observasi tindakan IV yang telah dibuat. Pembelajaran berlangsung pada siswa
putra kelas XI IPA 1,2 dan 3 pada hari senin tanggal 5 November 2012 pukul
14.00.
Pertama –
tama peneliti membuat lapang basket menjadi 4 bagian lapangan, setelah itu
peneliti mengumpulkan siswa di lapangan, berdo’a, persensi, apersepsi,
menyampaikan ruang lingkup materi pembelajaran aktivitas permainan sepakbola
dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah membuka pembelajaran peneliti
membagi siswa menjadi 3 kelompok dikarenakan 19 orang siswa tidak hadir dan
memerintahkan siswa untuk melakukan pemanasan per kelompok di lapangan yang
sudah dipersiapkan.
Pada
kegiatan pemanasan tiap kelompok melakukan pemanasan dengan caranya masing –
masing, kelompok 1 melakukan pemanasan statis dan dinamis sambil jogging di
lapangannya. Kelompok 2 melakukan pemanasan dengan permainan kucing - kucingan. Kelompok 3 melakukan pemanasan dengan cara
kucing – kucingan dan jogging..
Setelah 10
menit pemanasan, peneliti menghentikan kegiatan dan mulai menjelaskan peraturan
permainan penguasaan bola 5 vs 5 yang pertama dan membagikan corong. Setelah
menjelaskan peneliti menyuruh siswa untuk memulai permainan, pada kelompok 3
hanya terdapat 9 orang sehingga peneliti memerintahakan salah satu siswa
menjadi joker.
Pada
kelompok 3 keempat orang tim penguasa bola melakukan umpa tik – tak dan salah
satu siswa melakukan juggling da melakukan tendangan voly mendatar. Kelompok 1
salah satu siswa melakukan 5 gerakan membantu rekan pembawa bola, kelompok 2 keempat
siswa dalam tim penguasa bola melakukan pergerakan. Lalu peneliti memberikan
pertanyaan untuk mengelaborasi dan merangsang respon siswa.
Setelah 20
menit, peneliti menghentikan permainan dan peneliti memerintahkan kepada siswa
untuk melatih teknik mengoper, mengontrol dan mendukung rekan pembawa bola,
untuk menunjang pergerakan pada permainan selanjutnya. Pada kelompok 1 melakukan drill
gerak tipu dengan mengoper boa ke
sela – sela kaki rekan se tim. Kelompok 2 melakukan drill passing dan membuka ruang.
Setelah 10
menit drill teknik, peneliti
menghentikan kegiatan dan mulai menjelaskan peraturan permainan penguasaan bola
5 vs 5 yang kedua. Setelah menjelaskan peneliti menyuruh siswa untuk memulai
permainan. Pada kelompok 1 targetman
melakukan 6 gerakan menendang namun tidak ada yang masuk.. Kelompok 3 melakukan
umpan 1 dan 2 dan targetman dapat
menceploskan bola . Kelompok 3 salah satu siswa melakukan 7 gerakan membatu
rekan pembawa bola. Lalu peneliti memberikan pertanyaan untuk mengelaborasi dan
merangsang respon siswa.
Setelah
kedua permainan penguasaan bola dipraktekan peneliti mengumpulkan siswa dan
memberikan motivasi kepada siswa. Peneliti memberikan refleksi dari kegiatan
pembelajaran yang telah berlangsung. Peneliti memberikan evaluasi dengan cara
memberikan pertanyaan lisan kepada siswa secara random. Setelah itu absensi,
berdo’a dan bubar.
b.
Hasil pengamatan dan Observasi
Pada
pengamatan yang dilakukan, peneliti mendapatkan beberapa catatan di lapangan
tentang kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Dari pengamatan tersebut,
terdapat beberapa catatan yang perlu dibahas, catatan – catatan tersebut secara
garis besar telah ditulis dalam catatan lapangan (lampiran 4.9). Secara singkat
catatan – catatan lapangan tersebut, dipaparkan di bawah ini sebagai berikut:
a.
Masih banyaknya siswa yang
tidak hadir yaitu 19 orang siswa
b.
Penempatan corong di tiap
kelompok yang belum maksimal sehingga dapat menyulitkan siswa mencetak skor
karena slalu bergeser.
c.
Masih ada 1 kelompok yang
kurang kreatif dalam melakukan permainan.
Disamping hasil catatan – catatan lapangan tersebut, pada bagian
ini digambarkan pula skor rata – rata setiap indikator keberhasilan proses
pembelajaran hasil observasi pada setiap dimensi/aspek yaitu sbb:
a.
Skor rata – rata tiap
indikator untuk aspek afektif dan social :
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah 10
-
Skor rata – rata dari indikator
2adalah 9,83
-
Skor rata – rata dari indikator
3 adalah 10
-
Skor rata – rata dari indikator
4 adalah 10
-
Skor rata – rata dari indikator
5 adalah 9.66
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator 9.89
b.
Skor rata – rata tiap
indikator untuk aspek psikomotor:
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah 8
-
Skor rata – rata dari indikator
2 adalah 7.7
-
Skor rata – rata dari indikator
3 adalah 7.6
-
Skor rata – rata dari indikator
4 adalah 7.8
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator 7.78
c.
Skor rata – rata tiap
indikator untuk aspek psikomotor:
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah 8
-
Skor rata – rata dari indikator
2 adalah 7.5
-
Skor rata – rata dari indikator
3 adalah 7.5
-
Skor rata – rata dari indikator
4 adalah 8
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator adalah 7.75
c.
Hasil Refleksi
Dari beberapa catatan tersebut di atas, peneliti menyimpulkan
beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab dari pembelajaran yang digambarkan
tersebut di atas sebagai berikut:
1.
Kurangnya penekanan yang
diberikan kepada siswa oleh peneliti sebelum pembelajaran berlangsung, untuk mengajak
teman – temannya yang tidak hadir.
2.
Kurang tegasnya peraturan
yang diberikan peneliti sehingga siswa menganggap pembelajaran yang
dilaksanakan tidak termasuk kedalam absen harian siswa
Berkaitan dengan variable yang dikaji dalam penelitian ini adalah
implementasi gaya mengajar, mka rencana perbaikan PBM berikutnya terutama
difokuskan pada meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa, sebagai ciri dari
penerapan gaya mengajar divergent.
Hal – hal yang diperbaiki dalam PBM berikutnya sebagai hasil refleksi dan focus
penelitian sebagai berikut.
d.
Perencanaan tindakan VI
Berdasarkan hasil refleksi dari pengamatan dan catatan lapangan
dari hasil proses pembelajaran yang telah dilakukan pada tindakan ke V,
selanjutnya peneliti membuat perencanaan untuk pelaksanaan tindakan ke VI dalam
pembelajaran aktivitas sepakbola dengan menggunakan gaya mengajar divergen. Pelaksanaan tindakan ke VI akan disesuaikan
dengan permasalahan yang muncul pada pelaksanaan tindakan pembelajaran yang V,
dengan menyusun:
1.
Mempersiapkan kelompok siswa
yang bervariasi untuk mengantisipasi jika banyak siswa yang tidak hadir pada tindakan
ke VI.
2.
Memberikan gambaran
pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar divergen kepada siswa pada saat kegiatan pendahuluan.
3.
Mempertegas peraturan, agar
siswa bisa bermain di lapangannya tanpa
mengganggu lapangan kelompok lain dengan memberikan hukuman jika salah
satu kelompok masuk ke lapangan kelompok lain.
4.
Mempertegas peraturan agar
bahwa pembelajaran yang berlangsung tetap dihitung dalam absensi harian dan
nilai – nilai yang didapat dari observasi akan diserahkan juga kepada guru
penjaskes.
5.
Menghimbau siswa agar
mengajak rekannya untuk hadir dalam kegiatan pembelajaran.
6.
Mempersiapkan peralatan dan
bentuk lapangan yang lebih jelas untuk tiap kelompok agar tidak ada kelompok
yang bermain memasuki lapangan kelompok lain.
7.
Memberikan instruksi
penyimpanan corong dalam permainan sehingga dapat maksimal dipergunakan.
Semua perencanaan tersebut dituangkan dalam RPP menggunakan gaya
mengajar divergen dengan materi
pembelajaran aktivitas permainan sepakbola dengan pedekatan taktis.
a.
Pelaksanaan
tindakan VI
Kegiatan pembelajaran
yang berlangsung mengacu pada perencanaan dari hasil refleksi dan observasi
tindakan VI yang telah dibuat. Pembelajaran
berlangsung pada siswa putra kelas XI IPA 1,2 dan 3 pada hari senin tanggal 12 November
2012 pukul 14.00, kali ini pembelajaran dilaksanakan di lapangan sepakbola
karena lapangan basket dipergunakan kegiatan organisasi dan juga rumput yang
ada sudah dipangkas.
Peneliti mengumpulkan
siswa di lapangan, berdo’a, persensi, apersepsi, menyampaikan ruang lingkup
materi pembelajaran aktivitas permainan sepakbola dan menyampaikan tujuan
pembelajaran. Setelah membuka pembelajaran peneliti memerintahkan siswa membuat
lapangan dan membagi siswa menjadi 4 kelompok. Setelah diberikan penekanan
siswa yang tidak hadir kali ini hanya 8 orang. Setelah itu peneliti
memerintahkan siswa untuk melakukan pemanasan per kelompok di lapangan yang
sudah dipersiapkan.
Pada
kegiatan pemanasan tiap kelompok melakukan pemanasan dengan caranya masing –
masing, kelompok 1 melakukan pemanasan statis dan permainan galah asin.
Kelompok 2 melakukan pemanasan dengan permainan kucing 9 titik. Kelompok 3 melakukan pemanasan dengan cara statis
dan dinamis dilanjutkan dengan jogging. Kelompok 4 pemanasan statis dan kucing
lumpat.
Setelah 10
menit pemanasan, peneliti menghentikan kegiatan dan mulai menjelaskan peraturan
permainan penguasaan bola 5 vs 5 yang pertama dan membagikan corong. Setelah
menjelaskan peneliti menyuruh siswa untuk memulai permainan,
Pada
kelompok 4 salah satu siswa melakukan 6 gerakan mendukung pembawa bola dan
salah satu siswa lainnya melakukan 5 gerakan passing yang berbedea secara
berurutan. Kelompok 1 salah satu siswa melakukan 3 gerakan menendang bola
karena bola yang memantul kembali ke penendang 3 kali berturut – turut. Kelompok
2 tiga oranga siswa dalam tim penguasa bola melakukan pergerakan dan salah satu
siswa melakukan umpan chop kepada rekannya.Kelompok 3 semua pemain tim penguasa
bola melakukan umpan1 dan 2 . Lalu peneliti memberikan pertanyaan untuk
mengelaborasi dan merangsang respon siswa.
Setelah 20
menit, peneliti menghentikan permainan dan peneliti memerintahkan kepada siswa
untuk melatih teknik mengoper, mengontrol dan mendukung rekan pembawa bola,
untuk menunjang pergerakan pada permainan selanjutnya. Pada kelompok 1 melakukan drill
gerakan operan diselingi oleh covering oleh lawan. Kelompok 2
melakukan drill backhell dan membuka
ruang. Kelompok 3 melakukan drill
operan 4 arah.
Setelah 10
menit drill teknik, peneliti
menghentikan kegiatan dan mulai menjelaskan peraturan permainan penguasaan bola
5 vs 5 yang kedua. Setelah menjelaskan peneliti menyuruh siswa untuk memulai
permainan.
Pada kelompok 1 targetman melakukan 6 gerakan menendang namun tidak ada yang
masuk.. Kelompok 3 melakukan umpan 1 dan 2 dan targetman dapat menceploskan bola . Kelompok 3 salah satu siswa
melakukan 7 gerakan membatu rekan pembawa bola. Lalu peneliti memberikan
pertanyaan untuk mengelaborasi dan merangsang respon siswa.
Setelah
kedua permainan penguasaan bola dipraktekan peneliti mengumpulkan siswa dan
memberikan motivasi kepada siswa. Peneliti memberikan refleksi dari kegiatan
pembelajaran yang telah berlangsung. Peneliti memberikan evaluasi dengan cara
memberikan pertanyaan lisan kepada siswa secara random. Setelah itu absensi,
berdo’a dan bubar.
b.
Hasil pengamatan dan Observasi
Pada
pengamatan yang dilakukan, peneliti mendapatkan beberapa catatan di lapangan
tentang kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Dari pengamatan tersebut,
terdapat beberapa catatan yang perlu dibahas, catatan – catatan tersebut secara
garis besar telah ditulis dalam catatan lapangan (lampiran ke 4.10). Secara
singkat catatan – catatan lapangan tersebut, dipaparkan di bawah ini sebagai
berikut:
a.
Penempatan corong di tiap
kelompok yang telah maksimal dan tidak mudah bergeser.
Disamping
hasil catatan – catatan lapangan tersebut, pada bagian ini digambarkan pula
skor rata – rata setiap indikator keberhasilan proses pembelajaran hasil
observasi pada setiap dimensi/aspek yaitu sbb:
a.
Skor rata – rata tiap
indikator untuk aspek afektif dan social :
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah 10
-
Skor rata – rata dari indikator
2 adalah 10
-
Skor rata – rata dari indikator
3 adalah 10
-
Skor rata – rata dari indikator
4 adalah 10
-
Skor rata – rata dari indikator
5 adalah 10
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator 10
b.
Skor rata – rata tiap
indikator untuk aspek psikomotor:
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah 8
-
Skor rata – rata dari indikator
2 adalah 8
-
Skor rata – rata dari indikator
3 adalah 8
-
Skor rata – rata dari indikator
4 adalah 8
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator 8
c.
Skor rata – rata tiap
indikator untuk aspek kognitif:
-
Skor rata – rata dari indikator
1 adalah 8
-
Skor rata – rata dari indikator
2 adalah 8
-
Skor rata – rata dari indikator
3 adalah 8.4
-
Skor rata – rata dari indikator
4 adalah 9
-
Skor rata – rata untuk
keseluruhan indikator adalah 8.35
c.
Hasil Refleksi
Dari beberapa catatan tersebut di atas, peneliti menyimpulkan
beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab dari pembelajaran yang digambarkan
tersebut di atas sebagai berikut:
1.
Kurangnya penekanan yang
diberikan kepada siswa oleh peneliti sebelum pembelajaran berlangsung, untuk
mengajak teman – temannya yang tidak hadir.
2.
Kurang tegasnya peraturan
yang diberikan peneliti sehingga siswa menganggap pembelajaran yang
dilaksanakan tidak termasuk kedalam absen harian siswa
Berkaitan dengan variable yang dikaji dalam penelitian ini adalah
implementasi gaya mengajar, maka rencana perbaikan PBM berikutnya terutama
difokuskan pada meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa, sebagai ciri dari
penerapan gaya mengajar divergent.
Hal – hal yang diperbaiki dalam PBM berikutnya sebagai hasil refleksi dan focus
penelitian sebagai berikut.
- Analisis Hasil penelitian
Dalam hasil analisis penelitian ini, membahas setiap tindakan dan
apa yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan mulai dari tindakan I sampai ke
VI. Pada pelaksanaan tindakan I peneliti menemukan permasalahan yaitu: 1. Kurang
jelasnya suara peneliti sehingga siswa menginterupsi peneliti saat menyampaikan
materi, 2. Siswa melakukan operan tidak akurat sehingga bola keluar lapangan
permainannya dan membahayakan pada kelompok lain karena bola masuk ke lapangan
kelompok lain, 3. Adanya 10 orang siswa yang tidak hadir karena dispensasi
kegiatan organisasi 4. Siswa pasif dalam melakukan pemanasan, 5. Siswa banyak
diam dan kurang aktif dalam melakukan permainan. Terkait dengan permasalahan
tersebut maka direfleksikan dengan cara : 1. Berlatih penyampaian materi
sebelum pembelajaran dimulai, sehingga pada saat praktek dilaksanakan peneliti
dapat menyampaikan materi dengan jelas dan tidak terputus – putus, 2. Mempersiapkan
kelompok siswa yang bervariasi untuk mengantisipasi jika banyak siswa yang
tidak hadir pada tindakan ke 2, 3. Memberikan gambaran pembelajaran dengan
menggunakan gaya mengajar divergen
kepada siswa pada saat kegiatan pendahuluan sehingga siswa terbiasa untuk lebih
aktif dan kreatif dalam pembelajaran, 4. Mempertegas peraturan, agar siswa bias
bermain di lapangannya tanpa mengagnggu
lapangan kelompok lain dengan memberikan hukuman jika salah satu kelompok masuk
ke lapangan kelompok lain, 5. Mempersiapkan peralatan dan bentuk lapangan yang
lebih jelas untuk tiap kelompok agar tidak ada kelompok yang bermain memasuki
lapangan kelompok lain
Pada
pelaksanaan tindakan II, peneliti kembali menemukan permasalahan dalam kegiatan
pembelajaran yaitu: 1. Kurangnya jam
mengajar atau latihan sebelum praktek yang mengakibatkan kegugupan pada
peneliti sehingga dalam penyampaian materi kurang jelas, 2. Kurang jelasnya
instruksi dari peneliti sehingga siswa kurang faham apa yang diinstruksikan dan
mengakibatkan kurang aktif dalam melakukan pemanasan, 3. Siswa yang terbiasa
dengan model pembelajaran teknis, sehingga pada saat diberikan kebebasan untuk
melakukan pemanasan secara kreatif, siswa kebingungan karena tidak adanya
contoh dari guru, 4. Tidak terbiasanya siswa dengan gaya mengajar divergen,
sehingga siswa terlihat kurang aktif dan kreatif dalam melakukan permainan,
kemungkinan ini terjadi karena terbiasa melakukan pembelajaran dengan cara
melatih teknik sehingga dalam aplikasi permaian siswa terpaku pada beberapa
teknik pasing saja.
Terkait dengan permasalahan tersebut maka
direfleksikan dengan cara:1. Berlatih penyampaian materi sebelum pembelajaran
dimulai, sehingga pada saat praktek dilaksanakan peneliti dapat menyampaikan
materi dengan jelas dan tidak terputus – putus, 2.Mempersiapkan kelompok siswa
yang bervariasi untuk mengantisipasi jika banyak siswa yang tidak hadir pada
tindakan ke III, 3.Memberikan gambaran pembelajaran dengan menggunakan gaya
mengajar divergen kepada siswa pada
saat kegiatan pendahuluan sehingga siswa terbiasa untuk lebih aktif dan kreatif
dalam pembelajaran, 4. Mempertegas peraturan, agar siswa bisa bermain di
lapangannya tanpa mengagnggu lapangan
kelompok lain dengan memberikan hukuman jika salah satu kelompok masuk ke
lapangan kelompok lain, 5. Mempersiapkan peralatan dan bentuk lapangan yang
lebih jelas untuk tiap kelompok agar tidak ada kelompok yang bermain memasuki
lapangan kelompok lain.
Pada
pelaksanaan tindakan III, peneliti kembali menemukan permasalahan dalam
kegiatan pembelajaran yaitu: 1. Petunjuk
dari peneliti yang kurang jelas dalam penempatan sehingga siswa menyimpan
corong kurang tepat sehingga seringkali bergeser karena tertendang, 2. Lapangan
yang sempit sehingga siswa kebingungan untuk menyimpan corong dalam permainan,
3. Pembagian kelompok yang baru, sehingga kemungkinan siswa kembali canggung
dalam mencari cara pemanasan yang aktif dan kreatif, 4. Siswa yang terbiasa
dengan model pembelajaran teknis, sehingga pada saat diberikan kebebasan untuk
melakukan pemanasan secara kreatif, siswa kebingungan karena tidak adanya
contoh dari guru.
Terkait dengan permasalahan tersebut maka
direfleksikan dengan cara:1. Berlatih penyampaian materi sebelum pembelajaran
dimulai, sehingga pada saat praktek dilaksanakan peneliti dapat menyampaikan
materi dengan jelas dan tidak terputus – putus, 2.Mempersiapkan kelompok siswa
yang bervariasi untuk mengantisipasi jika banyak siswa yang tidak hadir pada
tindakan ke IV, 3.Memberikan gambaran pembelajaran dengan menggunakan gaya
mengajar divergen kepada siswa pada
saat kegiatan pendahuluan sehingga siswa terbiasa untuk lebih aktif dan kreatif
dalam pembelajaran, 4. Mempertegas peraturan, agar siswa bisa bermain di
lapangannya tanpa mengganggu lapangan
kelompok lain dengan memberikan hukuman jika salah satu kelompok masuk ke
lapangan kelompok lain, 5. Mempersiapkan peralatan dan bentuk lapangan yang
lebih jelas untuk tiap kelompok agar tidak ada kelompok yang bermain memasuki
lapangan kelompok lain.
Pada
pelaksanaan tindakan IV, peneliti kembali menemukan permasalahan dalam kegiatan
pembelajaran yaitu: 1. Adanya 21 orang siswa yang tidak hadir, 2. Penempatan
corong di tiap kelompok yang belum maksimal sehingga dapat menyulitkan siswa
mencetak skor karena slalu bergeser, 3. Masih ada 1 kelompok yang kurang
kreatif dalam melakukan permainan.
Terkait
dengan permasalahan tersebut maka direfleksikan dengan cara: 1. Berlatih
penyampaian materi sebelum pembelajaran dimulai, sehingga pada saat praktek
dilaksanakan peneliti dapat menyampaikan materi dengan jelas dan tidak terputus
– putus, 2.Mempersiapkan kelompok siswa yang bervariasi untuk mengantisipasi
jika banyak siswa yang tidak hadir pada tindakan ke V, 3.Memberikan gambaran
pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar divergen kepada siswa pada saat
kegiatan pendahuluan sehingga siswa terbiasa untuk lebih aktif dan kreatif
dalam pembelajaran, 4. Mempertegas peraturan agar bahwa pembelajaran yang
berlangsung tetap dihitung dalam absensi harian dan nilai – nilai yang didapat
dari observasi akan diserahkan juga kepada guru penjaskes, 5. Menghimbau siswa
agar mengajak rekannya untuk hadir dalam kegiatan pembelajaran, 6. Memberikan
instruksi penyimpanan corong dalam permainan sehingga dapat maksimal
dipergunakan
Pada
pelaksanaan tindakan V, peneliti kembali menemukan permasalahan dalam kegiatan
pembelajaran yaitu: 1. Masih banyaknya siswa yang tidak hadir yaitu 19 orang
siswa, 2. Penempatan corong di tiap kelompok yang belum maksimal sehingga dapat
menyulitkan siswa mencetak skor karena slalu bergeser, 3. Masih ada 1 kelompok
yang kurang kreatif dalam melakukan permainan.
Terkait
dengan permasalahan tersebut maka direfleksikan dengan cara: 1. Berlatih
penyampaian materi sebelum pembelajaran dimulai, sehingga pada saat praktek
dilaksanakan peneliti dapat menyampaikan materi dengan jelas dan tidak terputus
– putus, 2.Mempersiapkan kelompok siswa yang bervariasi untuk mengantisipasi
jika banyak siswa yang tidak hadir pada tindakan ke VI, 3.Memberikan gambaran
pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar divergen kepada siswa pada saat kegiatan pendahuluan sehingga siswa
terbiasa untuk lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran, 4. Mempertegas peraturan
agar bahwa pembelajaran yang berlangsung tetap dihitung dalam absensi harian
dan nilai – nilai yang didapat dari observasi akan diserahkan juga kepada guru
penjaskes, 5. Menghimbau siswa agar mengajak rekannya untuk hadir dalam
kegiatan pembelajaran, 6. Memberikan instruksi penyimpanan corong dalam
permainan sehingga dapat maksimal dipergunakan.
F.
Pembahasan
1.
Pelaksanaan Gaya Mengajar Divergent
Dalam
pelaksanaan penerapan gaya mengajar divergent
pada pembelajaran aktivitas permainan sepakbola, peneliti melakukan beberapa tahapan agar dalam penerapan tersebut
setidaknya memperoleh pemahaan minimal tentang gaya mengajar divergent, dan tahapan – tahapan yang
dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
a.
Cara – cara memperoleh pemahaman tentang gaya mengajar divergent
Pada tahapan ini peneliti mencari berbagai sumber yang
terkait dengan materi tentang gaya mengajar divergent,
baik itu tentang definisi, sasaran gaya mengajar divergent, struktur dalam pembelajaran, tujuan, tugas – tugas guru,
batasan dari seorang guru dalam gaya mengajar divergent, dan tugas – tugas siswa.
Hal – hal tersebut didapat peneliti
dengan cara membaca buku dan skripsi yang terdapat materi tentang gaya mengajar
divergent, mencari literature, dan
mencari di Internet tentang segala hal yang menunjang terhadap gaya mengajar divergent. Selain itu peneliti juga
membaca beberapa gaya mengajar lain i untuk dijadikan pembeda dan memperjelas
perbedaan antara gaya mengajar divergent dan gaya atau model
pembelajaran tersebut. Selama
penulisan skripsi ini peneliti juga berkonsultasi mengenai gaya mengajar
divergent dengan pembimbing 1 dan 2
yang lebih menguasai gaya mengajar tersebut, sehingga peneliti mendapatkan
pengetahuan minimal tentang gaya mengajar divergent
dan pada saat membuat perencanaan dan pelaksanaan peneliti tidak menerka –
nerka apa itu gaya mengajar divergent dan
cara penerapannya.
b.
Perencanaan menerapkan gaya mengajar divergent dalam pembelajaran
Setelah peneliti mempelajari dan mencari
pemahaman minimal tentang gaya mengajar divergent,
selanjutnya peneliti kembali berkonsultasi dengan pembimbing 1 dan 2 untuk
membuat perencanaan pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar divergent.
Dengan arahan pembimbing 1 dan 2 pertama
– tama peneliti mempelajari PERMENDIKNAS (Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional) No. 22 Tahun 2006 yang mengenai SI (standar isi) dan No 23 tahun 2007
tentang SKL (Standar Kompetensi lulusan), mempelajari kurikulum KTSP tahun 2006
dan di dalam KTSP terdapat standar kompetensi oleh peneliti dijadikan dasar
dalam pembuatan perencanaan. Setelah mengetahui SK maka peneliti mempelajari
Permendiknas no 41 tahun 2007 tentang Standar Proses (SP) yang didalamnya
terdapat tata cara penyusunan Silabus dan RPP.
Selanjutnya berdiskusi tentang KD dengan
guru pamong di SMAN 1 Pangalengan dan kedua pembimbing skripsi tentang KD
tersebut, dalam penyusunan RPP tersebut peneliti banyak mengalami kesulitan,
seperti pembuatan langkah – langkah kegiatan inti dalam menentukan antara
kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam
gaya mengajar divergent, membuat teknik evaluasi untuk tiap pertemuan,
dan penentuan indicator tiap aspek yang sesuai dengan gaya mengajar divergent.
Dengan bimbingan dari pembimbing 1 dan
2 dapat menyelesaikan RPP aktivitas
permainan sepakbola dengan menggunakan
gaya mengajar divergent, dimana RPP
dengan gaya mengajar ini menekankan pada kreatifitas siswa dan kekatifan siswa
dalam pembelajaran, dari kegiatan pendahuluan mulai dari pemanasan siswa
dituntut untuk kreatif mencari model pemanasan yang diketahui. Pada kegiatan
inti pada permainan siswa dituntut untuk kreatif mencari gerakan baik itu
gerakan mengoper, membuka ruang, menggiring
bola dan membantu rekan pembawa bola. Penekanan pada kreatifitas siswa
tersebutlah yang membedakan antara RPP pembelajaran aktivitas permainan
sepakbola dengan RPP yang menggunakan model atau gaya mengajar yang lainnya.
c.
Pelaksanaan penerapan gaya mengajar divergent
Setelah RPP dengan menggunakan gaya
mengajar divergent dibuat, langkah
selanjutnya adalah menerapkan RPP tersebut dalam pembelajaran aktivitas permainan sepakbola, pada pelaksanaan ini peneliti
sendiri yang menjadi pengajar dan mencatat setiap hal yang terjadi dalam
pembelajaran sedangkan guru pamong menjadi
observer yang bertugas mengobservasi peneliti saat
pembelajaran berlangsung.
Saat pembelajaran berlangsung, banyak
hal yang dialami peneliti diantaranya adalah:
1.
Beberapa kali peneliti
hampir memberikan contoh gerakan pada siswa karena di dalam pembelajaran dengan
menggunakan gaya mengajar divergent, guru
tidak boleh memberikan contoh kepada siswa, dalam gaya mengajar
ini siswa di tuntut untuk kreatif dalam mencari gerakan.
2.
Pada tindakan 1 dan 2
peneliti kurang kreatif dalam memberikan
pertanyaan elaborasi serta penyampaiannya yang kurang jelas sehingga siswa
kurang kreatif dalam mencari pergerakan.
2.
Hasil Belajar Dalam Semua Dimensi
Setelah penerapan tindakan I sampai VI
selesai peneliti mendapatkan hasil berupa catatan lapangan dan hasil belajar
siswa dalam aspek kognitif, psikomotor, afektif dan social., dipaparkan sebagai
berikut:
-
Aspek Kognitif:
Tabel
4.1
Skor
rata – rata aspek kognitif pada tiap tindakan
Indikator
|
Tindakan Ke
|
Rata - rata
|
|||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
||
1.
|
6
|
6
|
7
|
8
|
8
|
8
|
7,16
|
2.
|
6
|
6.5
|
7
|
7
|
7.5
|
8
|
7
|
3.
|
6.5
|
6.66
|
7
|
8
|
7.5
|
8.4
|
7,34
|
4.
|
6.5
|
6.66
|
6.5
|
7.33
|
8
|
9
|
7,33
|
Rata - rata
|
6.25
|
6.45
|
6.87
|
7.58
|
7.75
|
8.35
|
7,2
|
Dari tabel di atas, pada tindakan I skor
rata – rata siswa dari tiap indicator yang dilakukan dengan cara random adalah 6,25, pada tindakan ke II nilai siswa
mengalami peningkatan menjadi 6,45. Pada tindakan ke III kembali terjadi
peningkatan menjadi 6.87. pada tindakan IV juga mengalami peningkatan menjadi
7.58. pada tindakan V skor siswa juga mengalami peningkatan menjadi 7.75 dan
pada tindakan ke VI skor siswa mengalami peningkatan menjadi 8.35.
-
Aspek Psikomotor
Tabel
4.2
Skor
rata – rata aspek psikomotor pada tiap tindakan
Indikator
|
Tindakan Ke
|
Rata - rata
|
|||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
||
1.
|
6.76
|
6.88
|
7.25
|
7.88
|
7.96
|
7.93
|
7.44
|
2.
|
6.66
|
6.91
|
7.03
|
8.12
|
7.7
|
8.1
|
7.42
|
3.
|
6.76
|
6.97
|
7.1
|
8.08
|
7.59
|
8.1
|
7.43
|
4.
|
5.84
|
6.67
|
7.23
|
8.15
|
7.81
|
8.07
|
7.29
|
Rata - rata
|
6.5
|
6.85
|
7.15
|
8.05
|
7.7
|
8.05
|
7.38
|
Dari tabel di atas, pada tindakan I skor
rata – rata siswa dari tiap indikator yang dilakukan dengan teknik observasi adalah 6,5, pada tindakan ke
II nilai siswa mengalami peningkatan menjadi 6,85. Pada tindakan ke III kembali
terjadi peningkatan menjadi 7.15. pada tindakan IV juga mengalami peningkatan
menjadi 8.05. pada tindakan V skor siswa mengalami penurunann menjadi 7.7 dan
pada tindakan ke VI skor siswa mengalami peningkatan kembali menjadi 8.05.
-
Aspek Afektif dan Sosial
Tabel 4.3
Skor
rata – rata aspek Afektif dan sosial
pada tiap tindakan
Indikator
|
Tindakan Ke
|
Rata - rata
|
|||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
||
1.
|
6.32
|
8.91
|
9.63
|
10
|
10
|
10
|
9.14
|
2.
|
10
|
8.59
|
9.76
|
10
|
9.83
|
10
|
9.69
|
3.
|
10
|
9.06
|
9.87
|
10
|
10
|
10
|
9.82
|
4.
|
7.11
|
8.59
|
10
|
10
|
10
|
10
|
9.28
|
5
|
10
|
8.91
|
9.63
|
9.29
|
9.66
|
10
|
9.58
|
Rata - rata
|
8.68
|
8.81
|
9.78
|
9.85
|
9.89
|
10
|
9.50
|
Dari tabel di atas, pada tindakan I skor
rata – rata siswa dari tiap indikator yang dilakukan dengan teknik observasi
adalah 8.68, pada tindakan ke II nilai siswa mengalami peningkatan menjadi
8.81. Pada tindakan ke III kembali terjadi peningkatan menjadi 9.78. pada
tindakan IV juga mengalami peningkatan menjadi 9.85. pada tindakan V skor siswa
mengalami peningkatan kembali menjadi 9.89 dan pada tindakan ke VI skor siswa
mengalami peningkatan kembali menjadi 10.
Dari uraian penskoran di atas, terdapat
peningkatan kreatifitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran aktifitas permainan sepakbola di SMAN 1 Pangalengan dengan
menggunakan gaya mengajar divergent,
karena dari peningkatan tersebut berdasarkan pada teknik penskoran tiap
indicator, baik itu kognitif, psikomotor, afektif dan social semakin tinggi
nilai siswa berarti semakin banyak jawaban, gerakan dan perilaku siswa yang
bervariatif, berdasar pada indicator
dalam RPP. Untuk penjelasan lebih jelas tentang system penskoran dapat di lihat
pada RPP lampiran 4,1.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan masalah penelitian yang telah
dirumuskan, maka peneliti menyimpulkan bahwa:
1.
Pelaksanaan Gaya
Mengajar Divergent dan Pendekatan
Taktis dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Sepakbola
Pertama peneliti berusaha untuk
mengetahui apa itu gaya mengajar divergent
dan karakteristiknya. Kedua,
peneliti mempelajari pendekatan taktis untuk menunjang penerapan gaya mengajar divergent. Ketiga, peneliti mengkaji apa
itu permainan sepakbola dan hakikat pembelajaran penjas di sekolah. Semua teori
– teori tersebut dikaji dengan cara membaca buku, mencari sumber dari internet
dan berkonsultasi dengan pembimbing skripsi yang telah menguasai semua hal
tersebut.
Setelah peneliti
mempelajari hal tersebut di atas, dilaksanakan pembuatan perencanaan
pembelajaran yang secara terus menerus diperbaiki. Pada awal pelaksanaan dalam
membuat perencanaan dan pelaksanaan perencanaan tersebut, terdapat beberapa
kendala yang perlu diperbaiki seperti penyampaian karakteristik gaya mengajar
yang kurang baik dari peneliti, penyampaian pertanyaan elaborasi yang kurang
jelas, formasi pembelajaran yang kurang baik dan kurang tegasnya peraturan yang
diberikan yang mengakibatkan siswa kebingungan, kurang aktif dan kreatif dalam
pembelajaran.
Usaha perbaikan
untuk kendala di atas, dilakukan dengan cara merefleksikan pembelajaran juga
dicari solusi pemecahannya melalui proses konsultasi dengan para pembimbing.
Melalui usaha
perbaikan dalam bentuk dokumen pelaksanaan maupun pelaksanaan tindakan yang
secara terus menerus, selama 6 kali pertemuan gaya mengajar divergent dapat diterapkan dalam
pembelajaran aktivitas permainan sepakbola di SMAN 1 Pangalengan.
Meskipun sudah dapat
diterapkan, peneliti menyadari ketidak sempurnaan dalam pelaksanaan penelitian,
karena keterbatasan waktu dan sering berubahnya kondisi pembelajaran, namun
dengan usaha dan niat untuk menerapkan gaya mengajar divergent, gaya tersebut dapat diterapkan
2.
Hasil Belajar
Merujuk pada
hakikat gaya mengajar divergent yang
menekankan pada kreativitas siswa pada tiap aspek, baik itu aspek kognitif,
psikomotor, afektif dan sosial, respons siswa menunjukan perubahan – perubahan
positif pada tiap tindakan.
Pertama pada aspek
kognitif, pada tindakan I sampai VI konsistensi kreativitas yang ditunjukan
siswa berkembang dengan baik dalam hal menyebutkan jawaban yang bervariasi dan
sesuai dengan indicator yang telah ditentukan.
Kedua pada aspek psikomotor, pada tindakan I
sampai VI konsistensi kreativitas yang ditunjukan siswa juga berkembang dengan
baik dalam hal mempraktikan gerakan mengoper, mengontrol, menendang dan
mendukung rekan pembawa bola yang bervariasi dan sesuai dengan indicator.
Ketiga pada aspek afektif dan social, pada
tindakan I sampai VI siswa mengalami perkembangan dan semakin dapat terkontrol
dan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan dalam hal perilaku siswa saat
pembelajaran, yaitu kerja sama, keberanian, menghargai lawan dan kawan,
bertanya, berbagi tempat dan peralatan.
B.
SARAN
Berdasarkan hasil dari
kesimpulan di atas yang telah dikemukakan oleh peneliti, ada hal yang dapat
disampaikan sebagai saran atau masukan yaitu, Sebagai berikut:
Meskipun gaya divergent ini mungkin belum diketahui
oleh guru namun dengan itikad atau niat untuk melaksanakan gaya mengajar ini,
peneliti yakin guru – guru pendidikan jasmani yang pernah belajar tentang
berbagai gaya mengajar dapat menerapkan gaya mengajar divergent ini.